Berani itu Bukan Nekat


Resensi Buku "Seberapa Berani Anda Membela Islam"


Judul                     : Seberapa Berani Anda Membela Islam
Pengarang             : Naim Yusuf
Penerbit                 : Maghfirah Pustaka
Cetakan                 : cetakan I, Mei 2016
Dimensi Buku       : 145 x 210 x 13 mm
Jumlah Halaman   :  288 halaman
ISBN                     :  978-979-25-26-43-1






"Keberanian sejati mengenal rasa takut. Dia tahu bagaimana takut kepada apa yang harus ditakuti. Orang-orang yang tulus menghargai hidup dengan penuh kecintaan mereka mendekapnya sebagai permata yang berharga. Dan mereka memilih waktu serta tempat yang tepat untuk menyerahkannya Mati dengan penuh kemuliaan".  -- Quote by Yoshikawa Eiji, Mushashi---

 *******

Peristiwa 4 November 2016 yang sudah berlalu, seolah menorehkan sejarah di hati kita, bahwa umat Islam di Indonesia memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Lebih dari ribuan orang datang dari berbagai penjuru daerah dengan segala kerelaannya untuk ikut berperan dalam acara besar tersebut. Yang lebih menakjubkan lagi, demo tersebut berjalan lancar dan tertib, selain itu seolah menjadi momen bersatunya umat Islam Indonesia yang selama ini mungkin terpecah-pecah.


Berkaca pada peristiwa tersebut, seolah menyadarkan diri saya untuk lebih berani lagi membela Islam karena kita memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Dan penulis Naim Yusuf dengan bukunya yang berjudul "Seberapa Berani Anda Membela Islam" semakin meyakinkan pemikiran tersebut, sekaligus memberi arahan yang jelas tentang bagaimana menjadi seorang pemberani yang sesuai dengan aturan Islam.


********



Selama ini kita sering tidak dapat membedakan antara berani dengan nekat. Banyak yang membela Islam hanya bermodalkan nekat saja, akhirnya tindakan nekatnya bukan semakin menguatkan Islam, justru sebaliknya makin menghancurkan nama baik Islam. Betapa Islam yang sejatinya merupakan agama yang indah dan menjadi solusi untuk semua umat manusia, mendadak menjadi rusak image nya hanya karena kenekatan sebagian kecil orang yang dianggapnya sebagai bentuk keberanian. 

Nekat identik dengan bertindak impulsif, gampang emosi, temperamental, bersikap tanpa memikirkan resiko, sehingga orang-orang seperti ini sering membuat nama Islam semakin buruk dan menjadi sasaran empuk para oknum tukang adu domba. Sedangkan jiwa pemberani jauh dari ciri-ciri seperti itu. Lalu seperti apa sih sikap pemberani yang sesungguhnya ? . Dalam bab awal buku ini, penulis menuliskan sebuah kalimat motivasi yang begitu membakar semangat, tentang seperti apa sih sikap  seorang pemberani :

"Sesungguhnya sikap pemberani adalah kekuatan jiwa. Pemiliknya dapat mengemban perkara-perkara yang mulia dan menjauh dari hal-hal hina. Kekuatan yang menjadikannya besar meskipun dia kecil, kaya dalam kemiskinannya, dan kuat dalam kelemahannya. Kekuatan yang menjadikannya memberi sebelum menerima, melaksanakan kewajiban sebelum meminta hak ; kewajiban terhadap Tuhannya, diri dan agamanya. Tidak akan berkembang sikap pemberani yang masih kosong dan mendidik ksatria yang shaleh, kecuali dalam naungan akidah yang kuat dan kemuliaan yang kukuh" (Dr.Yusuf al-Qardhawi) (halaman 7).

Dalam buku ini penulis menjabarkan beberapa karakter seorang pemberani yaitu ; 1. mencintai masjid, 2. menyeru ke jalan Allah, 3. bersungguh-sungguh dan tanggap, 4. bersikap aktif dan bertanggung jawab, 5. bercita-cita yang tinggi, 6. mulia dan terhormat, 7. berani di atas kebenaran, 8. berani, 9. berjihad dan berkorban, 10. teguh di atas kebenaran, 11. sabar dan membiasakan diri, 12. memenuhi janji dan jujur pada Allah, 13. tidak mudah putus asa dan pesimis. 


Masing-masing karakter di atas begitu detil dan sistematis digambarkan dalam buku ini,  berikut saya kutip beberapa bagian :



Mencintai masjid merupakan karakter pertama yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki pemberani. Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-qur'an menafsirkan "Cahaya yang memancar dan bersinar di langit dan bumi itu, menyatu dan mengkristal di rumah-rumah Allah, agar hati setiap orang yang ada di dalamnya dapat langsung berinteraksi dengan Allah, menghadap kepada-Nya, berdzikir, takut dan bermunajat kepadaNya. Cahaya itu memberi pengaruh dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup" (Halaman 16). 

Dari pernyataan tersebut, seolah menegaskan pada kita, bahwa kekuatan besar seorang laki-laki pemberani adalah bergantung dari seberapa dalam hatinya terpaut pada masjid. 

Makna "takut" adalah hanya takut kepada Allah dan tidak takut dengan siapa pun kecuali Dia (halaman 25). 

Betapa orang-orang yang memiliki sikap pemberani justru karena memiliki rasa takut yang begitu besar pada Rabbnya. Saat jiwa kita hanya takut pada Allah, maka Allah akan membuat kita berani terhadap apapun dan siapapun.

Keberanian adalah kemampuan mengelola resiko. Keberanian yang terbaik adalah memiliki daya tahan yang besar, berterus terang dalam kebenaran, mampu menyimpan rahasia, mengakui kesalahan, bersikap objektif pada diri sendiri, dan menahan nafsu di saat marah (halaman 144). 

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa berani itu bukan nekat yang asal bertindak, namun harus penuh perhitungan, objektif pada diri sendiri, dan sanggup menahan nafsu saat marah, sehingga kekuatan terdalam diri kita mampu kita maksimalkan.


Sabar adalah cahaya yang menerangi para da'i dalam gelapnya permasalahan, membantu mereka menghadapi kesulitan, melindungi mereka dari tindakan serampangan meski kesulitan itu datang bertubi-tubi, dan melindungi mereka dari sikap putus asa dan pesimis, meski banyak rintangan yang menghadang. Karena itu, Rasulullah bersabda, Kesabaran adalah cahaya -- HR Muslim-- (halaman 206).

Masih banyak orang menganggap sabar itu artinya "hanya" menahan penderitaan, padahal sabar yang sesungguhnya adalah terus bergerak mencari solusi dengan penuh ketenangan. Sehingga sabar itu ibarat cahaya yang menjadi obor penerang seseorang yang memiliki jiwa pemberani.

Pada bagian akhir buku ini ditutup dengan sebuah kalimat sebagai berikut : " Badai yang menyerang kapal Islam sangat besar dan ganas. Usaha besar-besaran yang dimunculkan mush-musuh yang keras dan sangat membenci Islam, mengharuskan kaum Muslim sadar kembali dengan petunjuk mereka dan menguatkan hubungan mereka dengan Allah, hingga kemuliaan dan kehormatan kembali pada agama Islam" (halaman 268).

Kalimat tersebut seolah menjadi syok terapi yang ampuh untuk membangunkan pembaca,  agar semakin bersemangat meraih beberapa karakter pemberani yang sudah dipaparkan penulis pada bab-bab sebelumnya.

---------

Kelebihan buku ini adalah penulis mampu menjelaskan beberapa karakter pemberani dengan sangat detil dan sistematis, sehingga pembaca mudah memahaminya. Disamping itu pembahasan tentang masing-masing karakter tersebut selalu diselipkan dengan beberapa kisah-kisah teladan para nabi dan sahabat sholeh/sholehah terdahulu yang menjadi contoh manusia pilihan pemilik karakter-karakter tersebut. Dari kisah-kisah yang dipaparkan, seolah karakter-karakter yang dijelaskan mewujud nyata dalam benak dan memberi spirit luar biasa bagi pembaca. 

Dari awal sampai akhir buku ini saya hampir tidak menemui kekurangan yang berarti, karena penulisannya begitu sistematis, dengan editing yang baik. Namun jika saja bisa ditambahkan sedikit ilustrasi atau gambar, mungkin isi buku ini akan semakin hidup. 

-----------


Membaca buku ini semakin memberi keyakinan saya sebagai pembaca, tentang bagaimana cara memoles beberapa potensi diri agar dapat masuk ke dalam kriteria seorang pemberani yang nantinya dapat menjadi penyumbang kekuatan Islam. Keberanian yang didasari oleh sikap takut kepada Allah akan menjadikan seseorang berani menghadapi apapun, termasuk  berani objektif menilai berbagai kekurangan dirinya. Dan sesorang yang sudah berani objektif menilai kekurangan dirinya, maka dia akan dapat mengenali kekuatan terbesarnya.


#HariBloggerNasional
#lomba
#resensibuku
#maghfirahpustaka


Comments

Popular posts from this blog

Review Milad Pernikahan ke-2 (Part 1)

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"