Posts

Showing posts from February, 2022

Review milad pernikahan ke-1 (part 1)

Image
Tepat tanggal 27 februari 2022, pernikahanku dengan suamiku berusia 1 tahun. Usia pernikahan yang betul-betul unyu banget dan masih perlu banyak doa agar pernikahan kami bisa semakin sakinah, mawaddah warahmah. Qodarullah, persis di hari itu, aku ketitipan seseorang yang masih saudaranya sahabat dekatku, untuk memberikan penguatan padanya, karena dia sedang memproses perceraian, di usia yang masih cukup muda, dibawah 35 tahun. Tidak ada peristiwa yang kebetulan, termasuk didatangkannya seseorang untuk minta penguatan soal perceraiannya persis di hari milad pernikahanku dan suami. Seolah Allah kirimkan orang tersebut demi ingin mengajakku untuk me review ulang perceraian yang sempat mampir di masa laluku. Bisa jadi karena dulu tantangan pasca divorced sangat bertumpuk sedang energi begitu terbatas, sehingga masih banyak hikmah perceraian yang belum tergali. Kebetulan dia seorang laki-laki, maka saya meminta suami menemani. Alhamdulillah...waktunya pas dengan suami, karena biasanya di ha

Ilmu mandiri financial vs ilmu keluarga bahagia, lebih dulu mana ?

Image
(sumber pict : qnasains.com) Khusus untuk para single mom, meski beban ekonomi begitu menjeratmu, pemenuhan kebutuhan ilmu tentang konsep keluarga bahagia tetep diikhtiarkan lebih banyak ketimbang ilmu tentang mandiri financial. Mengapa ? Karena mindset yang benar tentang apa itu pernikahan, tentang apa itu keluarga, justru yang akan membuat kita mandiri secara psikologis, sekaligus bisa menjadi magnet rezeki yang akan membuat kita bisa mandiri juga secara finansial. Dan sebaliknya, ketika kita hanya fokus terus di urusan mandiri finansial, tanpa diimbangi ilmu cinta keluarga, lama-lama ruh kita kering. At the end...kita akan semakin mandiri secara finansial, tapi rapuh secara psikologis, dan kondisi ini yang membuat wanita2 karir gampang bucin pada laki-laki ga jelas yang hanya memanfaatkan uangnya saja. Untuk kesekian kalinya ...hati rasanya perih mendapati wanita-wanita karir menjulang yang rela menjalin relasi dengan

Jangan memutuskan menikah saat merasa kesepian !

Image
                                                  Saat kita merasa kesepian, sebenarnya itu hanya pemberitahuan dari tubuh kita bahwa kita belum punya hubungan yang baik dengan diri kita sendiri. Sedikit mengutip teori dari existential therapy : "Before we can have any solid relationship with another, we must have relationship with ourselves". Dan...saat kita sudah memiliki hubungan yang begitu baik dengan diri kita sendiri, maka inilah modal kita membina hubungan baik dengan orang lain. Kalau kita sudah nyaman dengan diri kita, maka kita akan nyaman dengan siapapun, kita akan nyaman saat kita sedang sendirian, dan kita pun makin nyaman saat sedang berkumpul dengan banyak orang. Karena untuk orang yang kesepian, bahkan dikelilingi oleh banyak orang sekalipun tetap tidak mampu menghilangkan rasa sepi di hatinya. Sedikit warning untuk teman-teman yang mau menikah, jangan memutuskan menikah hanya karena kita kesepian. Duh ... itu bahaya banget, karena kesepian adalah tanda lemah

My Inner Journey (Part 3)

Image
Sebenarnya tulisan ini masih sambungan My Inner Journey (part 2), boleh baca di link ini (https://renapuspa.blogspot.com/2022/01/my-inner-journey-part-2.html ) kali ini saya ingin bercerita tentang sepasang suami istri si pemilik rumah tahfidz yatim dan dhuafa. Sebelum saya pulang, saya berkesempatan mengobrol sejenak dengan pasangan suami istri sang pemilik rumah tahfidz tersebut.  Mereka bercerita, sejak sebelum menikah mereka memang punya passion untuk membina anak-anak terlantar, padahal background mereka bukan dari psikologi atau konseling. Panggilan jiwa yang membuat mereka seolah terpanggil untuk terjun dengan pilihan hidup seperti sekarang. Tapi mereka bilang, ternyata ada masa-masanya frustrasi menyerang, terutama saat murid-murid tahfidz membuat ulah yang diluar kewajaran, itulah sebabnya mereka memanggil saya untuk menemani mereka secara keilmuan.  Mengelola rumah tahfidz biasa dengan rumah tahfidz dhuafa tuh totally different. Karena mereka betul-betul bergerilya, blusukan

Hati-hati....Victim Become Player !

Image
  Korban Trouma sering susah lepas dari maksiat dan sulit berakhlak baik Karena hati yang sehat hanya akan tertarik pada kebaikan, dimana endingnya maksiat dan bersikap buruk menjadi tidak menarik lagi. Namun berbeda dengan hati yang penuh luka, pengalaman troumatis yang menyebabkan luka membuat hati berlubang, dimana lubang itu menjadi magnet besar untuk menarik maksiat dan seolah terperangkap dalam akhlak yang buruk, sehingga sulit memperbaiki diri . Dan... kalau saya melihat benang merahnya, kebanyakan pelaku maksiat dan orang-orang yang berakhlak buruk adalah orang-orang yang punya trouma dahsyat banget di masa lalu, dan dia masih menggenggamnya erat-erat. Itulah kenapa... ga akan efektif menyalahkan pelaku maksiat dan orang yang berakhlak buruk atas perilakunya, karena faktanya jiwa mereka pun seolah terbelenggu dan mereka sungguh merindukan jiwa merdeka yang dimiliki oleh orang-orang yang sehat hatinya, namun mereka juga ga tau caranya. Kalau mau efektif memasukkan nilai baik pad