Pentingnya Istirahat Bagi Ibu Ketika Sedang Merawat Buah Hati yang Sakit
Membaca judul diatas, mungkin akan menimbulkan sedikit tanya, istirahat bagi para ibu ketika anak sakit?, siapa yang tidak mau, semua pasti mau, tapi terkadang istirahat menjadi hal yang terlupakan bagi para ibu, dengan alasan tidak sempat, karena repot menghadapi ruwetnya si anak yang sedang sakit. Padahal istirahat itu sangat penting untuk menjaga tubuh dan pikiran tetap bugar, sehingga kita dapat merawat anak kita yang sakit dengan optimal.
Aku punya sedikit pengalaman menarik ketika harus menghadapi kedua anakku yang mendadak sakit secara beruntun, namun aku melupakan beristirahat, sehingga berakhir dengan sakitnya aku, yang ternyata membuat anak-anakku yang seharusnya membutuhkan perawatan optimal untuk masa pemulihan sakitnya, malah menjadi tidak terawat dengan baik.
Pada suatu hari anakku yang sulung mengeluh gatal di beberapa bagian tubuhnya, aku lihat selintas hanya ada sedikit ruam kulit didaerah yang menurutnya gatal, namun saat itu aku berpikir mungkin karena kebetulan anakku bersekolah di Sekolah Alam yang seringkali berada di outdor, maka mungkin saja serangga datang menggigit kulitnya. Sehingga keluhan gatal darinya tidak terlalu aku tanggapi serius, dan untuk sekedar mengurangi rasa gatalnya, aku kemudian memberinya bedak anti gatal.
Namun beberapa jam kemudian, gatal-gatalnya makin menjadi, yang diikuti dengan munculnya bruntus-bruntus berair. Dilihat dari bentuk bruntusnya, feelingku berkata, “ah, ini kok bruntus seperti cacar air yaa.” Dan aku semakin yakin dengan kebenaran feelingku, karena anakku lalu bercerita bahwa beberapa hari yang lalu, dikelasnya ada seorang temannya yang sedang terkena cacar air.
Melihat gejala fisik dari sakitnya si sulung yang terlihat seperti cacar air, aku berusaha tetap tenang, dan beruntungnya anakku juga terlihat sangat tenang, sehingga bisa meredam rasa panikku yang biasanya terjadi padaku kalau ada salah satu anakku yang sakit. Dalam keadaan tenang, ternyata aku berhasil mencari informasi seputar penyakit cacar air via browsing di internet, tentang ciri-ciri fisik penyakitnya seperti apa, bagaimana penyebarannya dan bagaimana meredamnya. Sesuai dengan dugaanku berdasarkan informasi yang aku dapatkan dari hasil browsing, malam harinya tubuh si sulung mendadak panas, tapi untungnya dengan hanya meminum obat penurun panas, suhu tubuhnya kembali stabil. Kesokkan harinya anakku lekas aku bawa ke dokter spesialis anak, dan diagnosa dokter ternyata sesuai dengan diagnosaku, yaitu anakku terkena cacar air
Kebetulan karena kondisi tubuhnya sedang prima, ternyata efek virus cacar air yang menyerang si sulung, tidak seberapa parah seperti anak yang terkena cacar air pada umumnya, panas badannya tidak terlalu tinggi, dan bruntus-bruntus yang muncul juga tidak terlalu banyak. Hanya memang membutuhkan ketelatenan yang lebih ketika harus mengobati bruntus-bruntusnya itu dengan salep, karena memang harus disalepi satu demi satu, dari sekian ratus bruntus yang muncul di tubuh anakku.
Hanya sekitar 3 hari, alhamdulillah panas dan gatal mulai hilang dari tubuh si sulung, dan bruntus-bruntus pun sedikit demi sedikit mulai mengelupas. Namun setelah 3 hari terlewati, mendadak si bungsu mulai mengeluh gatal-gatal juga, dan diiringi panas badan yang lumayan tinggi. Mengingat riwayat si sulung yang sudah terkena cacar air, aku langsung mendiagnosa gejala sakit yang timbul pada tubuh si bungsu adalah cacar air juga. Dan diagnosaku dibenarkan oleh dokter ketika keesokkan harinya aku membawa si bungsu untuk periksa.
Namun entah kenapa, keluhan gatal dan panas yang mendera si bungsu terlihat lebih parah dibanding kakaknya, jumlah bruntusnya lebih banyak, disamping itu panas tubuhnya juga lebih tinggi. Saat itu aku berpikir, mungkin itu terjadi karena si bungsu dengan tubuh yang lebih kecil, kondisi imunitas tubuhnya terhadap penyakit lebih rentan, sehingga membuat respon tubuhnya terhadap penyakit menjadi berbeda, bahkan ternyata lebih parah walau harus berhadapan dengan virus yang sama.
Sampai menginjak hari ke 4, panasnya masih turun naik, dan jumlah bruntus pun makin banyak, bahkan mulai menyerang mulutnya, sehingga nafsu makannya pun ikut terganggu, karena dia menjadi sulit mengunyah makanan. Dan jamaknya kondisi anak balita yang sakit ditambah pula dengan susah makan, maka dia menjadi sangat rewel, dan saat malam tiba, dia sering terbangun lalu menangis, karena panas badannya membuat dia tidak bisa tidur nyenyak. Aku yang baru selesai mengurus si sulung yang sakit, kemudian harus terus-terusan begadang ketika si bungsu rewel, mulai mengalami lelah luar biasa, namun karena kondisi si bungsu yang rewel terus-menerus, membuat aku sulit fokus dan berpikir tenang, akhirnya sulit rasanya aku mencuri waktu untuk beristirahat, bahkan disaat dia tertidur pun, aku malah terus terjaga dan gelisah.
Memasuki hari ke 5, karena kondisi si bungsu yang tidak stabil juga, aku berinisiatif memeriksakan darahnya ke lab, karena kuatir juga panas badannya muncul diakibatkan oleh sakit yang lain, kebetulan saat browsing mencari informasi tentang seputar cacar air di internet, sempet membaca ada juga penyakit demam berdarah yang tersembunyi dibalik cacar air.
Dan Alhamdulillah hasil pemeriksaan darah si bungsu menunjukkan bahwa tidak ditemukan penyakit lain selain cacar air, dokter bilang kondisi tubuh si bungsu yang tidak stabil, mungkin akibat daya tahan tubuhnya memang tidak terlalu bagus, ketika virus cacar air itu pertama kali masuk dan menyerang tubuhnya.
Keesokkan harinya, akhirnya kondisi tubuh si bungsu mulai stabil, suhu tubuhnya kemudian beranjak normal, dia pun mulai bisa tidur nyenyak, dan nafsu makannya mulai muncul kembali.
Pulihnya kondisi tubuh si kecil ternyata berbanding terbalik dengan kondisiku. Mendadak tubuhku panas tinggi, dan tanpa aku sadari, sekujur tubuhku mulai dipenuhi bruntus-bruntus berair. Ternyata virus cacar air itu akhirnya menyerang juga tubuhku, karena tubuhku sudah kelelahan mengurus kedua anakku yang sakit secara beruntun, ini membuat efek virus cacar air direspon sangat dahsyat oleh tubuhku. Panas badanku menjadi tinggi sekali, dan bruntus dimulutku jumlahnya sangat banyak, sehingga untuk minum saja susah apalagi makan.
Akhirnya tubuhku betul-betul ngedrop, dan klimaksnya, saat hasil tes laboratorium menunjukkan nilai trombositku dibawah standar itu terjadi akibat aku dehidrasi (karena kurang asupan makan dan minum), dan perintah dari dokter untuk opname tidak mungkin aku tolak.
Duh rasanya sedih banget, harus opname, ketika kedua anakku baru saja sembuh sakit, yang bungsu malah belum pulih benar, dan terpaksa aku giring ke rumah sakit juga, karena hanya aku yang bisa merayunya makan, kebetulan saat itu tidak ada pembantu juga dirumah. Dan saat-saat menyuapi si bungsu sembari menenteng selang infuse yang menempel ditanganku menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Sejak kejadian itu, aku berusaha mengambil hikmah, untuk sedapat mungkin memaksakan diri beristirahat ketika ada anakku yang sakit, karena ternyata ketika tubuh kita sehat,kita akan bisa optimal mengurus anak kita yang sakit. Walaupun mungkin saja kejadian aku diopname itu akan tetap terjadi karena serangan virus nya yang memang dahsyat, tapi mungkin bisa diminimalisir efeknya kalau aku lebih aware dengan badan dan jam istirahatku di awal gejala itu mulai timbul. Dan sikap tenang juga penting supaya kita bisa mendapat kualitas istirahat yang optimal, walau hanya tidur sebentar, badan tetap bisa segar.
Comments