Review milad pernikahan ke-1 (part 2)

My journey to finding you


Sekadar napak tilas, jadi pengen copas sedikit dari file lama yang tersimpan di laptop. Seingetku tulisan ini dibuat tahun 2019.

===================================================================




Tahun 2017, demi memantapkan pilihanku untuk bercerai, aku memutuskan pergi umroh bersama orangtua dan anak-anak. Saat di depan multazam, seperti umumnya orang yang thawaf, adalah momen dan tempat yang tepat untuk merapalkan doa.


Namun anehnya, saat itu otakku mendadak nge blank, rasanya hilang semua keinginan karena yang terus terucap di bibir hanya keinginan diampuni dosa , tiada hal yang lebih indah dari ampunan dosa, karena pengampunan dosa itu lah titik awal berbagai kemudahan..heuheu.


Pilihan bercerai bukanlah pilihan yang mudah, bahkan saat di depan ka'bah pun, aku masih berjuang sekuat tenaga memaafkan diri ini, bahwa..... bercerai adalah jalanku demi ingin menjaga api tauhid tetap menyala dalam dada ini.


Bukan soal siapa yang salah, tapi lebih karena kebutuhanku untuk memperbaiki diri begitu besar, dan tidak tercover oleh tantangan pernikahan yang begitu dahsyat pada saat itu. Ketika dihadapkan kepada 2 pilihan, tujuan pernikahan atau tujuan hidup, ternyata tujuan hidup yang masih mungkin aku perjuangkan, lagipula....disaat dulu memutuskan ingin menikah pun memang tidak menentukan tujuan pernikahan dengan jelas, dan tujuan pernikahan baru "dadakan" aku buat di buku pernikahan yang aku tulis, persis setelah masalah pernikahan sudah begitu bejibun.

Ok... get real saja, tidak mungkin aku meneruskan pernikahan yang tidak memfasilitasi tujuan hidupku. Dan... aku bersimpuh di depan ka'bah atas segala ketidakmampuan dan kelemahan diri selama aku menjalankan pernikahan, sampai akhirnya aku harus ridho berdamai dengan takdir perceraian.

Doa berikutnya yaitu tentang anak-anak dan orangtua. Seorang wanita yang memutuskan bercerai, pasti yang dipikirkan pertama kali adalah anak-anak, setelah itu orangtua. Bibir ini komat-kamit mendoakan mereka semua, merekalah harta berhargaku, aku tidak punya keinginan lain selain ingin membahagiakan mereka.

Setelah lega menangis meminta ampunan dosa dan mendoakan anak-anak plus orangtua, lalu aku juga berdoa ingin dimudahkan menjadi manusia yang bermanfaat, meski aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi saat itu aku acung-acungkan buku ketigaku "Sukses itu Bahagia" ke depan multazam. Aku berteriak kencang ke dalam hati, amat sangat ingin mewujudkan semua dream yang aku tulis di buku ini.




Waktu itu sempat juga shalat 2 rakaat di Hijr Ismail seraya memeluk erat buku itu, tidak lama dan tidak khusyu, karena beberapa saat kemudian badanku sudah terdorong oleh sekelompok orang yang datang untuk berebutan shalat juga di tempat itu.

Setelah pulang umroh, hidup memang luar biasa berkali-kali lipat tantangan dan ujiannya. Dan.... aku berkali-kali menghadapi situasi yang tidak ada pilihan lain selain percaya penuh bahwa doa adalah senjata andalan dalam menghadapi apapun. Namun anehnya, tidak untuk doa minta jodoh. Bahkan saat umroh pun doa minta jodoh tidak masuk dalam list.

Lalu aku mencoba menelusuri kenapa sih aku denial terus ya. Apa sih susahnya doa minta jodoh lagi ya ? doa itu kan gratis… ga harus langsung dipaksa keliling-keliling nyari jodohnya juga kan ya saat aku memutuskan berdoa minta jodoh hihihi. Tapi ya sudah, aku coba menelusuri deh, apa sih penyebab aku segitu malesnya berdoa minta jodoh.

              Yang pertama… jelas…karena  aku masih takut banget disakiti. Buatku, daripada berlelah-lelah ria mengadaptasi diri dengan pasangan baru yang pastinya akan ada PR juga yang harus diikhtiarkan, secara setiap pernikahan kan perjuangan, kayaknya lebih baik fokus berikhtiar aja dengan yang sudah ada sekarang. Tokh..PR luka pengasuhan anak2 pun masih sangat panjang, ya…totalitas dengan PR itu dulu saja. 

              Yang kedua….aku takut tidak bisa membahagiakan orangtua dan anak-anak lagi kalau punya pasangan. Aku takut waktuku habis buat melayani pasangan. Secara… ada sedikit rasa sangsi bahwa aku nih belum bersih banget, masih banyak luka-luka yang harus dikuras, nah… rada ngeri juga dapat pasangan yang sama dengan mantan, ga kebayang, aku bakal merusak orang tua dan anak-anak lagi.

              Tapi….pada suatu hari, disaat aku makin ngotot ga maunya, ndilalah….qodarullah, aku ga sengaja nemu link youtube soal perjalanan cinta seseorang yang baru hijrah, bahwa ikhtiar dia mendapatkan jodoh tuh beneran kerasa tulus banget saking pengen taat ke Allah.        

              Dan…makin kesini aku banyak disadarkan oleh beberapa kejadian, semakin aku ngotot pengen maksain membahagiakan orangtua dan anak-anak, eh…semakin aku dikasih kejadian menyakitkan, dimana endingnya Allah seolah mau nunjukkin, bahwa….pusat kebahagiaan mereka tuh bukan aku, tapi Allah, disaat aku mati-matian jadi sumber kebahagiaan utama buat mereka, justru aku seolah lagi menghalangi jalan bahagianya mereka, yang ingin Allah berikan langsung kepada mereka.

              Ok.. berarti bisa jadi niatku ingin membahagiakan mereka ga tulus, alias cuma pelarian dari rasa marah plus rasa takutku berdoa minta jodoh, makin aku melarikan diri, ternyata hidup semakin capek ya…, hiks…hiks. Akhirnya aku haru mengakui dengan jujur bahwa aku butuh banget jodoh, tapi aku terlalu pengecut untuk mengakui ini, akhirnya sibuk mengemis cinta ke orangtua dan ke anak-anak dengan segala perhatian yang aku berikan kepada mereka heuheu.

              So… at the end….aku mulai memberanikan diri merapal doa minta jodoh, meski aku  tahu…konsekuensi doa ini mungkin akan ada ujian2 lagi atau aku juga harus berhadapan dengan buanyak rasa takut yang selama ini mati-matian aku hindari.

              Tapi…aku ingin fokus memproses doanya, bukan ngotot meminta hasil, tapi lebih memproses apa yang harus dilakukan setelah berdoa minta jodoh, karena sejatinya berdoa tuh bukan semata-mata meminta Allah mengabulkan apa yang kita inginkan kan ya, tapi…lebih untuk meng guide diri kita aja supaya kita lebih berani berubah. Logikanya…kalau kita berubah menjadi lebih baik, ya…kita akan pantas mendapatkan apa yang memang layak kita dapatkan.

              

Ok…aku mencoba membuat list, apa sih yang mungkin bisa aku perbaiki dengan berdoa minta jodoh :

1.  1.. Mengikis kesombongan. 

     Khasnya single mom pasca divorced, perjuangannya luar biasa untuk keluar dari perangkap mental korban. Dan… khasnya para mental korban yaitu suka mati-matian pengen jadi pahlawan heuheu, mungkin saking frustrasi menolong diri sendiri gagal terus, jadilah lari dari kenyataan dengan ngotot pengen jadi penolong orang lain, padahal ….ya…modal utama menolong orang lain kan kita harus berhasil menolong diri kita dulu ya. As a single mom, kerasa banget…aku suka sok pengen jadi pahlawan buat anak-anak, seolah hidup anak-anak akan kiamat kalau aku tidak membahagiakan mereka. So…aku jadi lebay banget membahagiakan anak-anak, dan caranya justru dengan memprotect mereka. Akhirnya…tanpa sadar, aku seolah sedang membungkus anak-anak dengan rantai yang membuat mereka jadi tumpul perkembangannya, terutama…perkembangan maskulinitas anak laki-laki. Aku maksain banget ingin mengisi peran ayah untuk mereka, tapi dengan style ala emak2 pencemas tingkat tinggi tea, akhirnya….mereka malah kehilangan sosok ibu yang lembut, karena aku maksain diri pengen kuat kayak laki2 biar anak2 cowokku terisi peran ayahnya, tapi juga dapet sosok ayah pun ngga nyampe, karena gaya proteksiku masih ala emak2 pencemas…heuheu..hiks. So..harapannya dengan doa minta jodoh, bisa mengikis kesombonganku, yang seolah maksain diri banget harus menjadi pusat kebahagiaan buat anak2, dan doa minta jodoh ini sekaligus jadi awareness bahwa aku harus ngaku, sisi peran ayah…adalah area bolong yang ga mungkin dipaksain diisi olehku, izinkan Allah membantu mengisi bolong itu denngan caraNya. 

2.      2 Membantuku mengurangi rasa marah dan rasa takutku akan masa lalu. Aku harus ngaku, bahwa aku masih punya kemarahan dan kebencian yang cukup besar atas kekecewaan pernikahan yang baru saja berakhir. Harapannya…dengan merapal doa minta jodoh, adalah salah satu ikhtiarku mengikis kemarahan dan kebencian akan masa lalu.

3.     3. Doa adalah bagian dari ibadah. Meski hanya berdoa minta jodoh, aku berharap kegiatan berdoa ini bisa jadi amal sholeh, tanpa aku harus ngotot kudu langsung abracadabra dapet orangnya. Apalagi aku ini punya bawaan pencemas tingkat tinggi dan susah berpikir positif, so…dengan rajin berdoa minta jodoh semoga bisa melatihku berpikir lebih positif.


------ to be continue part 3 yaa -----



T

Comments

Popular posts from this blog

Catatan Workshop Psikodrama , Jakarta, 3 -4 Februari 2024

Giveaway "Bahagia Ketika Ikhlas"

Review "Out of The Truck Box"