Review milad pernikahan ke-1 (part 2)
My journey to finding you
Sekadar napak tilas, jadi pengen copas sedikit dari file lama yang tersimpan di laptop. Seingetku tulisan ini dibuat tahun 2019.
===================================================================
Tahun 2017, demi memantapkan pilihanku untuk bercerai, aku memutuskan pergi umroh bersama orangtua dan anak-anak. Saat di depan multazam, seperti umumnya orang yang thawaf, adalah momen dan tempat yang tepat untuk merapalkan doa.
Yang pertama… jelas…karena aku masih takut banget disakiti. Buatku, daripada berlelah-lelah ria mengadaptasi diri dengan pasangan baru yang
pastinya akan ada PR juga yang harus diikhtiarkan, secara setiap pernikahan kan perjuangan, kayaknya lebih baik fokus berikhtiar aja dengan yang sudah ada
sekarang. Tokh..PR luka pengasuhan anak2 pun masih sangat panjang, ya…totalitas
dengan PR itu dulu saja.
Yang kedua….aku takut tidak bisa
membahagiakan orangtua dan anak-anak lagi kalau punya pasangan. Aku takut
waktuku habis buat melayani pasangan. Secara… ada sedikit rasa sangsi bahwa aku nih belum bersih banget, masih banyak luka-luka yang harus dikuras, nah…
rada ngeri juga dapat pasangan yang sama dengan mantan, ga kebayang, aku bakal
merusak orang tua dan anak-anak lagi.
Tapi….pada suatu hari, disaat aku makin ngotot ga maunya, ndilalah….qodarullah, aku ga sengaja nemu link youtube soal perjalanan cinta seseorang yang baru hijrah, bahwa ikhtiar dia mendapatkan jodoh tuh beneran kerasa tulus banget saking pengen taat ke Allah.
Dan…makin kesini aku banyak
disadarkan oleh beberapa kejadian, semakin aku ngotot pengen maksain
membahagiakan orangtua dan anak-anak, eh…semakin aku dikasih kejadian
menyakitkan, dimana endingnya Allah seolah mau nunjukkin, bahwa….pusat
kebahagiaan mereka tuh bukan aku, tapi Allah, disaat aku mati-matian jadi sumber
kebahagiaan utama buat mereka, justru aku seolah lagi menghalangi jalan
bahagianya mereka, yang ingin Allah berikan langsung kepada mereka.
Ok.. berarti bisa jadi niatku ingin membahagiakan mereka ga tulus, alias cuma pelarian dari rasa marah plus
rasa takutku berdoa minta jodoh, makin aku melarikan diri, ternyata hidup semakin capek ya…, hiks…hiks. Akhirnya aku haru mengakui dengan jujur bahwa aku butuh banget jodoh, tapi aku terlalu pengecut untuk mengakui ini, akhirnya sibuk mengemis cinta ke orangtua dan ke anak-anak dengan segala perhatian yang aku berikan kepada mereka heuheu.
So… at the end….aku mulai
memberanikan diri merapal doa minta jodoh, meski aku tahu…konsekuensi doa ini mungkin akan ada ujian2 lagi atau aku juga harus berhadapan dengan buanyak
rasa takut yang selama ini mati-matian aku hindari.
Tapi…aku ingin fokus memproses
doanya, bukan ngotot meminta hasil, tapi lebih memproses apa yang harus
dilakukan setelah berdoa minta jodoh, karena sejatinya berdoa tuh bukan
semata-mata meminta Allah mengabulkan apa yang kita inginkan kan ya, tapi…lebih
untuk meng guide diri kita aja supaya kita lebih berani berubah. Logikanya…kalau kita
berubah menjadi lebih baik, ya…kita akan pantas mendapatkan apa yang memang
layak kita dapatkan.
Ok…aku mencoba membuat list, apa sih yang mungkin bisa aku perbaiki dengan berdoa minta jodoh :
1. 1.. Mengikis kesombongan.
Khasnya single mom pasca divorced, perjuangannya luar biasa untuk keluar dari perangkap mental korban. Dan… khasnya para mental korban yaitu suka mati-matian pengen jadi pahlawan heuheu, mungkin saking frustrasi menolong diri sendiri gagal terus, jadilah lari dari kenyataan dengan ngotot pengen jadi penolong orang lain, padahal ….ya…modal utama menolong orang lain kan kita harus berhasil menolong diri kita dulu ya. As a single mom, kerasa banget…aku suka sok pengen jadi pahlawan buat anak-anak, seolah hidup anak-anak akan kiamat kalau aku tidak membahagiakan mereka. So…aku jadi lebay banget membahagiakan anak-anak, dan caranya justru dengan memprotect mereka. Akhirnya…tanpa sadar, aku seolah sedang membungkus anak-anak dengan rantai yang membuat mereka jadi tumpul perkembangannya, terutama…perkembangan maskulinitas anak laki-laki. Aku maksain banget ingin mengisi peran ayah untuk mereka, tapi dengan style ala emak2 pencemas tingkat tinggi tea, akhirnya….mereka malah kehilangan sosok ibu yang lembut, karena aku maksain diri pengen kuat kayak laki2 biar anak2 cowokku terisi peran ayahnya, tapi juga dapet sosok ayah pun ngga nyampe, karena gaya proteksiku masih ala emak2 pencemas…heuheu..hiks. So..harapannya dengan doa minta jodoh, bisa mengikis kesombonganku, yang seolah maksain diri banget harus menjadi pusat kebahagiaan buat anak2, dan doa minta jodoh ini sekaligus jadi awareness bahwa aku harus ngaku, sisi peran ayah…adalah area bolong yang ga mungkin dipaksain diisi olehku, izinkan Allah membantu mengisi bolong itu denngan caraNya.
2. 2 Membantuku mengurangi rasa marah dan rasa
takutku akan masa lalu. Aku harus ngaku, bahwa aku masih punya kemarahan
dan kebencian yang cukup besar atas kekecewaan pernikahan yang baru saja
berakhir. Harapannya…dengan merapal doa minta jodoh, adalah salah satu ikhtiarku mengikis kemarahan dan kebencian akan masa lalu.
3. 3. Doa adalah bagian dari ibadah. Meski hanya berdoa minta
jodoh, aku berharap kegiatan berdoa ini bisa jadi amal sholeh, tanpa aku harus ngotot kudu langsung abracadabra dapet orangnya. Apalagi aku ini punya
bawaan pencemas tingkat tinggi dan susah berpikir positif, so…dengan rajin
berdoa minta jodoh semoga bisa melatihku berpikir lebih positif.
------ to be continue part 3 yaa -----
T
Comments