sepenggal kisah sore ( dari acara minta tolong)

suatu sore...

Seperti biasa, acara soreku sedikit heboh karena harus "mengejar anak-anak" yang masih wara wiri di depan rumah main dengan teman-temannya.

Setelah berhasil "menangkap" mereka, langsung deh "byur byur byur" mereka aku mandikan, dan karena waktu dah menuju maghrib juga, akhirnya udah deh,pintu ditutup, dan tentu saja waktu main di luar rumah sudah habis, lanjut ke persiapan menuju shalat maghrib. Sebenarnya adzan nya juga masih setengah jam lagi, tapi hanya biar lebih tertib saja, dikondisikannya lebih awal, soalnya kalau waktunya dah mepet-mepet dan anak-anak belum tertib, ujung-ujungnya saya berubah jadi sedikit bawel....heu....lebih tepatnya mah galak siy...cuma lagi menghibur diri aja ga nulis gitu.... :-P...:-P

Sebelum adzan terdengar, si bungsu minta makan, lalu makanlah dia disuapi oleh saya, sembari menyuapi dia mataku tertuju ke televisi, yang kebetulan sedang di posisi channel RCTI, yang menayangkan acara minta tolong. Jujur, saya memang sesekali menonton acara ini, kalau kebetulan gambar TV lagi jernih(rasanya pernah juga deh saya menulis tentang acara ini di postingan blog saya yang lama). Entah kenapa dari acara itu saya banyak belajar bersyukur, maksudnya bukan bersyukur karena mereka lebih susah dari saya keadaannya ( karena rata-rata yang menolong di acara itu orang-orang yang susah secara ekonomi), dimana saya keadaan ekonominya sedikit lebih beruntung dari mereka so saya harus bersyukur dong, bukan karena itu siy, walaupun itu juga salah satu cara untuk bersyukur, tapi justru yang saya lihat dari acara itu adalah belajar bersyukur ketika ada keinginan mau menolong, disaat kondisi dirinya saja sangat layak untuk ditolong. Kok bisa yaa....diri sendiri sudah susah masih punya keluasan hati menolong orang...itu yang selalu ada di otak saya kala menonton acara ini. Sedangkan saya yang nyata-nyata lebih lapang saja mungkin sulit bisa seringan mereka dalam hal menolong orang.

Sore ini.....episodenya...tentang anak kecil yang diset oleh tim minta tolong akan menjual nasi aking yang katanya uang hasil penjualannya nanti untuk dipakai membeli tas sekolahnya yang sudah jebol. Berputarlah si anak kecil itu mencari orang yang mau membeli, dan ternyata sampai setengah harian belum ada yang membeli, karena....yang dijual juga nasi aking (alias nasi basi yang dikeringkan) dah gitu dipatok dengan harga Rp 25 ribu pula, orang juga pasti mikir-mikir mau membelinya, kalau pun membelinya hanya untuk menolong, nasi aking yang dibeli itu nantinya akan diapakan, mikir-mikir juga yaa mau makannya..hehe.

Sampai akhirnya si anak kecil tadi bertemu dengan seorang ibu tua yang sedang memindah-mindahkan batu, memindah-mindahkan batu bukan buat iseng-iseng yaa....tapi yaa untuk dijual, katanya siy batu-batu itu akan dijualnya setiap seminggu sekali dengan harga Rp 20ribu saja, tampak disamping si ibu tadi suaminya dengan kaki sedikit pincang, sedang mengumpulkan pasir yang katanya untuk dijual juga, dengan harga hampir-hampir sama dengan batu-batu itu.

Dan ketika si anak kecil itu menawarkan nasi aking nya, si ibu menerima penawaran anak itu dengan hangat, ramah sekali, padahal dia sedang tampak sibuk dengan batu-batunya di hari yang panas pula. Sembari terus bekerja, si ibu itu menanggapi omongan si anak, dan akhirnya tangannya merogoh saku bajunya, lalu dia bilang..

"saya mau membeli nasi nya nduk...tapi ternyata uang saya tidak ada."

Selesai berkata seperti itu, si anak kecil itu langsung beranjak dari tempat dia berdiri, dan berniat pergi dari sana tapi kemudian dicegah oleh si ibu tadi..

"sebentar nduk....jangan kemana-mana yaa.....saya pinjam uang dulu sama teman saya."

Kemudian berkeliling lah si ibu tadi menghampiri teman-temannya yang ada di sekitar situ, dan beberapa saat kemudian dia kembali lagi dengan membawa uang Rp 30ribu ditangannya. Dan akhirnya dibeli lah nasi aking itu, sambil dia berkata...

"uang yang 5000 nya ndak usah kamu kembalikan, ambil saja buat jajan adikmu."


Duh....mendadak merinding bulu kuduk saya , kelu lidah saya, hidung mendadak gatal seperti ada air dari mata yang campur aduk ingin keluar. Dan akhirnya tak kuasa saya menitikkan airmata haru ketika tim acara minta tolong datang, tapi si ibu tadi seperti orang ketakutan menerima uang pemberian dari crew nya. Dan setelah berhasil meyakinkan si ibu, bahwa uang yang mereka kasih itu memang hak nya si ibu itu, akhirnya si ibu itu menerima dengan linangan airmata.

Dan.....saya.....yang sedang duduk manis memegang sendok di atas piring yang berisi nasi untuk saya makan (sisa makanan dari si bungsu yang tidak habis) mendadak malas makan, bukan karena jijik dengan makanan bekas, karena saya ini tergolong yang lahap-lahap saja kalau urusan makan (kecuali kalau lagi diet.. :-P.. :-P)termasuk menyantap makanan sisa anak-anak, so bukan karena itu saya kehilangan selera makan, saya mendadak kehilangan selera makan, karena malu membayangkan diri yang bisa makan enak, tapi mungkin tidak bisa seikhlas si ibu tadi dalam menolong (dalam keadaan lapang saja suka mikir panjang, apalagi keadaan lagi susah), sedangkan si ibu itu, yang punya cita-cita hidupnya hanya bisa makan dari uang halal sampai ia harus rela bekerja seberat itu, kok ya hatinya masih sangat ikhlas menolong orang.

Huff..... ^-^...Rena......tetep dimakan yaaa....sisa makanannya... mubadzir....hehehe....terus jangan kelamaan terharunya.....matiin TV......siap-siap shalat maghrib.

Baiklah.....!!....hehe

Comments

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?