Be a Hero

Walau hari ini bukan hari pahlawan, tapi ga tau kenapa saya kok tiba-tiba pengen nulis tentang pahlawan ya?

Atau mungkin nyambung dengan aura hari ibu yang baru jatuh tepat hari rabu kemarin, yang membuat saya mendadak pengen nulis tentang pahlawan?? yah dah ga asing lagi kali ya...semua ibu di dunia ini adalah pahlawan buat anak-anaknya, ibu kita adalah pahlawan buat kita semua. Hmm...tapi saya ga maksud mau bicara soal itu sih.

Yah...lagi pengen ngomongin pahlawan aja, kalau yang baca ada yang langsung ngebayangin beberapa mahluk super hero seperti batman, spiderman dan teman-temannya ketika baca judul tulisan ini, silakan aja sih.....tidak terlarang...ayo...lepaskan imajinasimu, bayangkan semua tokoh-tokoh itu dan lengkap dengan semua kehebatannya.

Duh...tapi sayangnya saya ga lagi pengen ngomongin itu juga kok.....hoho, helloooooo.....jangan sok penting gitu dong ren....ngomong muter-muter kesana kemari, bikin penasaran yang baca aja.....hihihi.

Saya sebenernya lagi pengen ngomongin pahlawan buat diri kita sendiri.

Hah? pahlawan buat diri kita sendiri?? hadoooh....narsis amat, segitu cintanya yaa ama diri sendiri. Hmm....gitu ya?

Jiwa pahlawan sebenarnya bersemayam dalam diri kita, semua orang yang dalam hidupnya pernah melakukan jasa buat orang lain, entah itu sedikit atau banyak, pasti lah ada perasaan senang, bahagia dan bangga. Tolong jangan katakan tidak ikhlas ya kalau rasa ini tumbuh pada seseorang yang sudah berjasa pada orang lain, karena rasa ini sebuah kebutuhan yang sangat manusiawi, semua orang yang mengaku sebagai mahluk sosial mempunyai kebutuhan akan rasa ini. Soal ikhlas, itu beda lagi, suerr ga nyambung kok sama rasa ini.

Ketika kita bisa begitu bahagianya menjadi pahlawan untuk orang lain, ketika kita bisa begitu bangganya menjadi "someone" pengubah dunia yang mungkin bisa berjasa untuk banyak mahluk di dunia (maaf kalau lebay....kan cuma lagi bikin contoh aja ....hihi), kita sering banget lupa, menolong diri sendiri.

Hah? menolong diri sendiri?? astaga.....egois banget deh !!

hehehe.....jangan seekstrim gitu dong nuduhnya, kita ga lagi menjadikan diri kita sebagai center dari kehidupan, dimana orang lain adalah objek dan kita subjeknya. Tenang....tenang...ga segitunya kok.

Heii....maksudnya menolong diri sendiri ini adalah menyelamatkan diri kita dari kehancuran, ingat loh, diri kita ini amanahnya Allah, menjaga diri kita tetap dalam tempatnya, yaitu sesuai fitrah yang Allah mau, itu menjadi wajib hukumnya.

Ketika kita sedang merasa tinggi....ayo turunkan, karena hanya Allah yang punya hak untuk berada dalam posisi "merasa tinggi", posisi "merasa tinggi" kalau bersemayam dalam hati kita, membuat kita susah dekat denganNya.

Kalau kita sedang "merasa rendah"....ayo naikkan, karena Allah sudah mentakdirkan kita sebagai mahluk yang paling mulia di antara semua mahluknya kok, merendahkan diri sama saja dengan tidak mensyukuri apa yang sudah Allah kasih.

Duuh....kok jadi kayak orang ceramah gini yah....hahah, kan ceritnya pengen jadi pahlawan nih, yah...pahlawan untuk diri sendiri, karena ini juga saya tujukan buat diri saya sendiri kok.

Ayo ah.....semangat...semangat, mari kita jadi pahlawan untuk diri kita, kita selamatkan diri kita dari hal-hal yang membuat kita jauh dari fitrahnya. Ah ternyata Allah itu menetapkan fitrah manusia itu memang bener-bener pas yah dengan kebutuhan kita.


Comments

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?