Here we go..... kita lanjut part 2 yaa. Yang belum baca part 1-nya, boleh nih klik langsung aja link
dibawah ini :
http://renapuspa.blogspot.com/2023/05/review-milad-pernikahan-ke-2-part-1.html
*******************************************************
Setelah memantapkan niat umroh khusus untuk diri saya dulu, lalu mematok tanggal umroh persis di hari wedding anniversary yaitu tepat tanggal 27 Februari 2023, dalam hati sudah pasrah total, saya hanya ingin mengejar cintaMu....Ya... Rabb, saya ga akan ngotot lagi memasukkan nama suami dalam proyek umroh syukur ini. Dan.....melepaskan namanya dari hati ini, ternyata lega bangettt ya, lalu saya izinkan hanya nama Allah saja yang masuk memenuhi ruangan hati ini, tanpa sisa ruangan sama sekali untuk mahluk manapun.
Sajadah basah kuyup oleh airmata, karena rasanya perih, membayangkan bakal berangkat umroh sendirian saja padahal rencananya kan pengen wedding anniversary di depan Ka'bah, lucu rasanya, pasangannya malah ga keangkut heuheu.
Namun ajaibnya adalah... setelah rasa perih terbasuh oleh banjir airmata, secara perlahan hati saya mendadak tenang, sebuah perasaan tenang yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ah... masya alloh.... semoga perasaan tenang ini adalah pertanda Alloh rida dengan keputusan saya berangkat umroh hanya untuk menyelamatkan iman saya dulu aja, bukan untuk siapapun, termasuk bukan juga untuk suami saya. Hmm.... apa selama ini Allah cemburu ya saat saya sibuk mengejar cinta suami, sampai isi hati isi ini nama suami semua dan saya menjadi sosok pemarah karena cemburuan, daann....begitu nama suami saya keluarkan dari hati ini, ndilalah...hati malah mendadak tenang.
Masya allah...... ternyata Allah tidak mau diduakan, meskipun di bibir saya bisa berdalih, semua yang saya lakukan kan saking pengen taat suami, edisi demi ingin taat Allah juga, etapi.... Allah pasti tau banget isi hati saya yang sebenarnya, yang bisa jadi isinya nama suami semua, nama Allah sudah terlempar jauh dari hati ini. Hiks...hiks... menemukan pasangan yang tepat memang mengalihkan duniaku, lupa dengan tugas awal yang pernah saya janjikan dulu pada Allah saat dulu berdo'a meminta jodoh.
Astagfirullah.... ampuni hamba...Ya..Allah. Ok deh... aku ikhlas berangkat umroh sendirian, anggaplah ini hukuman buatku karena sudah menduakanMu di hati ini. Dalam balutan kasih sayang Allah, hukuman justru caraNya agar kita senantiasa terkoneksi kuat hanya padaNya saja, sekaligus sebagai media perbaikan dan up grading diri.
Tolong ampuni semua dosaku, Ya Rabb... tolong jaga pernikahan ini, tolong kasih hamba cara mensyukuri pernikahan ini, tolong bimbing hamba jadi orang baik, tolong ajari hamba....untuk terus....terus....dan terus mencintaiMu saja ....Ya Rabb, jangan biarkan mahluk lain mengisi hati ini, hanya Engkau saja... Engkau saja. Desisku lirih dalam doa....
Setelah puas menangis dan berdoa, hati lega luar biasa, sudah ikhlas total bakal berangkat umroh sendirian saja. Tiba-tiba beberapa hari kemudian suami bertanya....
"Kamu udah yakin mau berangkat di tanggal segitu ?"
"Iya....udah yakin banget, aku cuma pengen mensyukuri pernikahan kita, kalau memang dirimu belum bisa berangkat, ya... ngga apa-apa, jangan maksain, da ibadah mah kudu ikhlas, bukan karena terpaksa, kan nanti aku tetep bisa doain kamu dari sana, aku dikasih izin sama kamu untuk umroh pun udah sujud syukur banget. Kalau Allah izinkan kamu berangkat, ya....pasti berangkat kok, dalam kondisi terbaik dan waktu yang tepat, Aamiin Ya Rabbal'alamiin."
"Aku pengen umroh bareng kamu euy, jadi kayaknya aku mau umroh mandiri aja, ga harus ngarepin dibayarin kantor"
Mata saya langsung terbelalak... "Huaa... seriusss??"
"Setelah dipikir-pikir malah lebih enak biaya sendiri, biar ga utang budi sama kantor, so..misalnya ada offering dari perusahaan lain yang nawarin sesuatu yg lebih menarik (entah gaji atau ilmu, atau apa lah), kan aku bisa resign tanpa merasa bersalah."
"Hah? kamu mau resign lagi? OMG !! saya merespon dengan mata terbelalak. Kebetulan 1 tahun pertama pernikahan dia isi dengan sibuk interview sana sini saking nyari offering yang lebih menarik, dan istri sotoy ini hobina ngomel-ngomel tea, soalna jadi lieur ningalina, kapan ngobrolnya ama istri hahah. But.. at the end...saya paham itu adalah cara dia mencintai saya versi dirinya, ketika melihat di luar sana banyak suami yang malas kerja, harusnya saya bersyukur ya punya suami hobi kerja hoho.
Melihat mata saya terbelalak suami langsung menenangkan, "Bukan sekarang-sekarang lah, ini mah baru umpama, ya... namanya juga kerja di IT, perubahan-perubahan kadang ga bisa diperkirakan, lagian kalau ada offering yang lebih menarik kan ga ada salahnya diambil."
"Heuheu.... iya deh, aku percaya aja sama kamu", finally....terlontar-lah kalimat ini dari mulut ini.
************************************************************
Waktu berlalu, saya yang awalnya sudah ikhlas total ngelepasin nama suami dari hati, eeh... jadi berharap lagi dong hahaha. Dan... setelah hati berharap banyak lagi, seperti biasa lah, Allah uji lagi wkwkw.
Mendadak suami dapat kerjaan yang gila-gilaan, sering begadang-begadang, plus ada urusan pengalihan berbagai dokumen dengan mantan istrinya, yang mengharuskan dia bolak-balik Bandung-Depok dan menjalani serangkain proses birokrasi yang amat sangat melelahkan fisik dan mental. So.... finally, kami jadi sering banget berantem hebat heuheu.
"Tenang aja, aku berani jamin kita pasti berangkat umroh bareng, kamu cuma perlu sabar, resiko mau nikah sama duda, ya...sepaket dengan seluruh urusan masa lalunya. I do love you very much, sok lah belah dadaku, kalau kamu ga percaya. Tapi mau bilang apa, beginilah kondisinya, aku juga baru tahu, seruwet ini ternyata ngurusin pengalihan dokumen. Maafin aku ya, harusnya aku urus sebelum kita nikah, tapi...dulu hidupku hectic terus, dan kita nikah juga dulu singkat banget kan persiapannya. Setelah hidupku banyak diurus sama kamu dan hatiku sekarang jauuuuh lebih tenang, baru deh... aku ada energi buat ngurusin pengalihan dokumen ini, dan anehnya kerjaan di kantor kok jadi mendadak banyak error juga dalam waktu bersamaan....heuheu."
Saya lalu menghela nafas panjang banget, berjuang sekuat tenaga untuk ikhlas, meski susah hahahah.
"Kalau kamu mendahulukan urusan umroh, Alloh pasti akan membereskan semua urusanmu tanpa sisa, jangan-jangan kamu tuh udah menuhankan kerjaan dan harta ya", ujar saya dengan intonasi tinggi. Etdah, Ren... Ren... insyaf atuuh laah, hobina ngegas wae, beli dulu remnya di toko spare part gih hahah.
Hahaha... sekadar bocoran untuk para istri, meski argumen kita benar, ga ada satu pun suami yang suka dinasihatin, yang terjadi area egonya dia sebagai qowwam justru tersenggol dan dia makin ga bisa nangkep message baik kita yang sebenarnya.
Subhanallah ya.... perjalanan mengejar cinta Allah memang harus bener-bener sanggup menyingkirkan hal-hal yang paling kita cintai. Banyak yang bilang, sebelum berangkat umroh atau haji, ujian-ujian pengiringnya ibarat "bungkus" hadiah yang ingin Allah kasih, supaya endingnya kita betul-betul bisa menikmati hadiahnya, yaitu indahnya cinta Allah yang Maha Dahsyat.
Ok.... rileks, tarik napas, hembuskan. Fokus kembali mengeja niat. Saya kan sudah komitmen mau niat umroh fokus untuk mengejar cinta Allah saja, ya sudah.... titipkan semua urusan suami pada Allah, lepaskan suami dari hatimu, titipkan saja namanya dalam doamu, supaya hatinya ada dalam genggaman Allah terus. Dan.... isi ruang hati ini hanya ada nama Allah saja....supaya ukuran hati menjadi lapang dan luas.
Beberapa hari setelah melakukan self talk di atas, saya memilih larut dalam kegiatan-kegiatan komunitas syiar Baitullah. Menyusuri jalan cinta sejati, yaitu cinta kepada Nya saja. Alhamdulillah.... suami selalu ridho, karena dia juga masih harus lebih lama menghabiskan waktu di Depok, mengurus pengalihan dokumen-dokumen dengan mantan istrinya.
*********************************************************************
Pada suatu hari, saat suami sedang di Depok, tiba-tiba dia mengirim message via whatsapp
"Neng.... segitu cukup, kan?"
Dalam hati bergumam, eh...cukup apaan? bukannya uang gaji bulanan mah udah ditransfer, apa bakal ada tambahan transferan lagi nih, hati kecil jadi dagdigdug hihihi. Setelah saya buka filenya, huaa.... ternyata ..... skrinsyut-an tiket pesawat Jakarta-Madinah dan Jeddah-Jakarta, plus skrinsyut booking hotel-nya juga.
Refleks saya loncat kegirangan, akhirnyaaa....yang ditunggu tiba juga.
Etapi drama berikutnya adalah ternyata suami mutusin mau umroh mandiri, karena dia dapet cuti cuma 4 hari doang itu juga dah all in dengan perjalanan (itu artinya di Madinah 1 hari, di Mekkah 1 hari), yang setelah saya kalkulasi budgetna naha jadi lebih mahal dibanding paket umroh yang saya ambil dengan lama perjalanan 9 hari, dapet fasilitas hotel bintang 5 pulak, sedangkan dia karena booking hotel pun mepet, kebagian hotel bintang kejora tea heuheu. Sebagai istri yang suka auto komen, saya berjuaaang pisaan untuk ga komen apa-apa, karena suami pun kayak udah kelelahan buat mikir, tapi terlihat jelas di matanya dia mati-matian berjuang pengen nyenengin istrinya heuheu.
"Alhamdulillah.... iya, kang, cukup kok", akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari bibir ini. Tapi di hati deg-degan luar biasa, suamiku yang nyetir mobil aja masih suka nyasab kalau ga ditemenin saya, ieu tiba-tiba mau umroh mandiri pisahan berangkatnya, beda hari, beda pesawat, ketemu di Madinah ceunah, biar so sweet... pura-puranya saya mau menunggu kedatangan Muhammad KW 10 hahaha. Gustiiii.... tapi ke Madinah pan ga sama dengan ke Cicaheum hahahah. Allahu Akbar... kalem atuh, Ren, suamimu teh udah gede, moal leungit Ceu, hoho.
*******
Dengan segala hiruk pikuknya,
akhirnya saya berhasil berangkat umroh sesuai dengan tanggal yang dipilih yaitu
25 Februari 2023 - 2 Maret 2023 (saking pengen anniversary-an di depan Ka'bah tepat di tanggal 27 Februari-nya, berdua dengan Allah saja, karena di awal sempet ada wacana suami batal umrohnya). etapi at the end suami ternyata berhasil keangkut juga, meski kami berbeda
jadwal keberangkatan, karena suami memilih umroh mandiri.
Destinasi pertama yaitu mendarat di
kota Madinah. Begitu kaki menjejak di Masjid Nabawi, rasanya seperti menemukan
"tempat pulang". Hidup bagaikan pengembaraan tiada ujung, namun
mendadak merasa ada ujungnya saat berada di tempat ini, yaitu menuju syurga.
Cinta tulusnya Rasulullah kepada kita
umatnya memang luar biasa, siapapun yang datang ke Masjid Nabawi dengan dosa
sebanyak apapun, akan merasakan sensasi yang sama yaitu tenang dan damai. Meski
ini bukan umroh yang pertama buat saya, bisa kembali menjejak di tempat ini
rasanya tetap luar biasa.
Memori saat haji tahun 2010 yaitu saat
saya merasakan kebahagiaan terbesar ketika berhasil membawa seorang ibu sepuh
menyentuh rukun Yamani, dan saat berhasil menggandeng tangan mamah menyentuh
rukun yamani pada umroh syawal 2017, mendadak hadir di dalam benak.
Memori tersebut seolah memberi sebuah
dorongan besar betapa saya ingin sekali memiliki cita-cita baru. Hadirnya saya
kembali menjejak di tempat ini, tidak hanya ingin menjadi tamu Alloh dan tamu
Rasulullah, namun ingin menjadi pelayan para tamu Alloh dan tamu Rasulullah.
Bahagia hakiki saat nikmatnya ibadah tidak hanya dirasakan sendiri, namun bisa
juga mengajak banyak orang ikut mencecap nikmat yang sama.
Qodarullah... masuk ke Raudhah saat
ini begitu sulit, harus mendaftar melalui aplikasi NUSUK dengan antrian yang
luar biasa, membuat saya mengurungkan niat untuk mencoba masuk ke dalamnya.
Tokh ini bukan umroh pertama kali, bisa sholat di pelataran masjid saja rasanya
sudah sujud syukur luar biasa. Biarlah giliran orang lain saja yang sama sekali
belum pernah masuk ke area berukuran 330 meter persegi tersebut, saya hanya
akan mencoba masuk ke sana kalau ada seseorang yang meminta tolong ditemani ke
sana, begitu bisik saya dalam hati.
Masya alloh....suara hati ternyata
terjawab, selepas sholat ashar tiba-tiba teman sekamar mengungkapkan
perasaannya ingin sekali mencoba masuk Raudhah sampai berurai airmata,
kebetulan ini umroh pertama baginya.
Saya tanya beberapa kali, apa niatnya
sudah betul-betul kuat ingin masuk? dia menganggukkan kepalanya kuat-kuat.
Melihat tekadnya yang gigih, akhirnya saya menjadi bersemangat ingin
membersamainya untuk mencoba masuk Raudhah.
Berkat arahan leader hebat saya yaitu
Teh Lia plus berbekal info dari seorang jama’ah asal Malaysia yang saya temui
di sana, akhirnya kami sepakat akan mencoba antri di pintu 32 (pintu masuk
Raudhah) setelah Isya.
Namun saat itu saya mendadak kurang
fokus, karena sorenya mendapat berita dari suami, dia masih tertahan di bagian
Imigrasi di bandara Jakarta akibat ada syarat yang dianggap belum lengkap. Meski
akhirnya berhasil lolos dengan bantuan tim Armina, tetap saja hati belum
tenang, masih terus kepikiran khawatir suami gagal masuk Madinah, apalagi
pesawat yang dipakai masih harus transit dulu beberapa jam di Abu Dhabi.
Akibat pikiran saya yang sempat tidak
fokus, saat sedang bergerak menuju pintu 32, saya ngga ngeh berpapasan dengan
orang yang sedang mendorong kursi roda, lalu saya terjatuh dan terguling plus
terinjak-injak oleh dorongan banyak orang yang berhamburan berlarian menuju
pintu tersebut. Lalu dengan sekuat tenaga teman sekamar saya berhasil menarik
saya dari kerumunan dan saya pun selamat dari injakan kaki banyak orang.
Lalu kami kembali berdiri di antrian,
setelah hampir 1,5 jam berdiri, akhirnya askar wanita memberi komando untuk
masuk, lalu ratusan orang jamaah wanita berhamburan masuk dalam waktu
bersamaan. Rasanya campur aduk, antara bahagia campur takut, karena ngeri
dengan hiruk pikuknya orang, khawatir kami terinjak-injak.
Dengan perjuangan yang luar biasa,
akhirnya kami berhasil sholat di pinggiran dekat makam Rasulullah, meski akses
menuju mihrab di dalam Raudhah ditutup, tetap saja rasanya luar biasa saat
berhasil sholat di tempat ini, kami berdua harus bergantian menjaga area sholat
kami agar tidak terdorong dan terinjak kerumunan banyak orang. Makin dahsyat
rasa bahagia ini saat melihat teman sekamar saya menangis haru tersedu-sedu
saking meluapkan rasa bahagianya berhasil sholat di area Raudhah, lalu kami
berdua saling berpelukan sambil menangis.
Waktu hampir menuju tengah malam saat
kami kembali ke kamar untuk beristirahat. Sekitar jam 4 subuh saya terbangun
dan membaca message dari suami, dia berhasil masuk Madinah, namun lagi-lagi
ditahan di bagian imigrasi, para petugas baru akan melepas suami pergi kalau
dijemput oleh ustadz muttawif dari pihak Armina. Dengan banyaknya kasus TKI
ilegal yang berkedok jamaah umroh, pihak Arab Saudi memang lumayan ketat
aturannya bagi para jamaah umroh mandiri. Dan...sujud syukur akhirnya suami
berhasil lolos dari bandara Madinah setelah dijemput oleh ustadz muttawif
Armina.
Setelah sebelumnya saya terinjak-injak
saat mencoba masuk Raudhah, lalu endingnya mendapati suami berhasil juga tiba
di Madinah dengan ketegangan luar biasa, rasanya jadi "halu" gitu....
finally ketemu "Muhammadku" .
Dengan waktu cuti terbatas (4 hari dah all in dengan lama perjalanan), so...suamiku hanya punya waktu beberapa jam saja di Madinah untuk
selanjutnya bergerak menuju Mekkah bersama saya dan rombongan.
Mengingat waktu sempit dan fisik yang
masih perlu istirahat, daripada memaksakan diri masuk Raudhah lalu drop saat
umroh di Mekkah, saya menawarkannya untuk istirahat saja di pelataran atau
sholat sunnah di dalam masjid. Kebetulan waktu itu hari Jumat, dan masjid
sedang dibersihkan untuk persiapan sholat Jumat.
Ketika kami sedang mencari tempat
nyaman untuk rebahan, tanpa sadar posisi kami tepat di depan pintu 32, alias
jalan masuk menuju Raudhah. Dan mata saya langsung terbelalak melihat pintunya
terbuka lebar dengan kondisi yang sangat sepi, hanya ada beberapa pegawai
cleaning service dan beberapa orang jamaah asal Arab. Refleks saja saya
menyeru suami seraya menarik tangannya...
"Kaaangg....itu pintu Raudhah lagi dibuka lebarrrr, kita coba masukk
yuukk, barangkali aja kamu masih kebagian rezeki bisa sholat di sana"
Lalu kami berpisah, dia masuk melalui
pintu laki-laki, saya dari pintu perempuan. Saya berjalan dengan kaki
gemetaran.....selangkah demi selangkah, rasanya seperti mimpi, setelah
sebelumnya mencoba masuk kemari penuh sesak orang, kok sekarang bisa selengang
ini, jerit saya dalam hati.
Dengan berurai airmata saya bisa puas
sholat sunnah tanpa ada gangguan sama sekali. Tiba-tiba saya teringat dengan
teman-teman serombongan, duh....saya kok merasa egois bisa berlama-lama di situ
sendirian, harusnya mereka tahu nih pintu Raudhah sedang dibuka lebar tapi
mengingat waktu yang mepet menjelang jumatan, dan semua sedang hectic
menyiapkan moving ke Mekkah, akhirnya saya membayangkan saja semua ada di
tempat itu, indah rasanya ya....kalau menghadap Rasulullah berbarengan dengan
seluruh saudara muslim/ah .
Lalu saya keluar dan menemui suami,
dia berkata pintu Raudhah di area laki-laki justru lagi di tutup, tapi dia
masih sempat sholat sunnah di dalam masjid dan sempat tertidur sejenak saking
kelelahan. Masya alloh yaa....saya yang awalnya hanya ingin mengantarkan
suami, eh malah saya yang kebagian masuk Raudhah tanpa hambatan.
Hati terasa damai saat melihat suami
mendadak tertidur di pelataran masjid, mungkin saking lelahnya. Lalu ada suara
hati berbisik begitu perlahan menyelusup kalbu....kamu taati laki-laki
ini ya, jadikan dia imam terbaikmu, jika kamu ingin bertemu aku di telaga
kautsar nanti. Wallahu'alam....suara dari mana, mungkin dari lubuk
hatiku sendiri saking rindunya ingin bertemu dengan Rasulullah.
Setelah pulang umroh, suami sempat komen, cinta kita teh kudu cinta segitiga, terus saya jawab sambil ngegas tea "Whattt.... maksudmu cinta segitiga ama mantanmu?", hadeeuuh... si neng mah. Cinta segitiga teh antara kita berdua sama Allah, biar kamu teh ga takut terus ditinggalin aku, yang pasti mah aku baru ngerasain cinta seindah ini, ya... baru pas sama kamu aja, seriusan...dari zaman muda asa teuing cinta teh naon, tapi kadang-kadang frustrasi ama kamu yang ga pernah percaya, udah gitu kamu meni posesif pisan, aku kan jadi bingung. Hoho... oke deeh, noted, berarti PR healing aku untuk luka perceraian yang dulu masih harus terus dijabanin yak. Lalu doi mengangguk, semangattt....supaya hatimu sehat lagi dan akhirnya bisa terang benderang melihat cintaku padamu ....eaaaa. Etapi... kang, justru di umroh yang sekarang aku malah ngerasa cinta Rasul kayak jalan menuju cinta Alloh, ga tau deh, susah banget move on dari memory di Raudhah itu. Dialog selanjutnya mah.... privat ya hihi.
Ok deeh....segitu reviewnya untuk milad pernikahan ke-2 ini, lumayan random ya hahah, yang penting ada rekapannya hoho. Sampai ketemu di review milad yang ke-3 nanti yaa.
Comments