Ruam Popok Membawa Berkah

Sekitar beberapa minggu menjelang ramadhan si bungsu kena ruam popok lumayan parah. Sudah berbagai salep anti ruam dicoba tetep ga mempan, sampai akhirnya berobat ke dokter, darinya di resepkan salep anti ruam juga dengan isi yang mungkin lebih spesifik dibanding salep anti ruam yang di jual bebas. Lumayan mempan dikasih ini, tapi kulit daerah V nya terlihat seperti menipis, dan karena menipis akhirnya hanya terkena gesekan popok pun sudah merah-merah lagi, lalu dicoba dilepas popoknya dan dipakaikan celana dalam dengan bahan sedikit tebal, lumayan berkurang merah-merahnya, tapi ga bisa hilang total, dan sudah bisa ditebak gara-gara itu baby ku rewel nya makin menjadi-jadi...hiks.


Setelah menanti selama 2 minggu, ternyata tidak ada perkembangan yang berarti, si merah-merah masih hilang timbul saja, kadang sembuh, tapi nantinya menjadi lagi. Setelah diamati, si merah-merah itu timbul ketika dipakaikan diaper, clodi atau celana dalam berbahan tebal. Melihat gejala itu, akhirnya dengan terpaksa clodi saya lepas (kalau diaper memang hanya dipakai saat bepergian sedangkan  ketika dirumah lebih sering memakai clodi), dan si bungsu pun hanya memakai celana dalam tipis saja dirumah.

Akibatnya sudah bisa ditebak, aroma pipis si bungsu pun merebak kemana-mana, karena dia yang belum terbiasa lepas popok, sehingga belum bisa mengontrol keinginannya untuk pipis, hampir setiap setengah jam sekali dia ngompol....fyuuh. Namun ada hal menarik yang membuat saya mendadak ingin mengajarkannya toilet training, karena ternyata selama tidur dia tidak pernah ngompol, walaupun itu tidur malam, mungkin ini sudah lama terjadi tapi saya ngga ngeh, karena selama ini memakai clodi hampir 24 jam.

Melihat fenomena itu akhirnya saya memutuskan mulai mengajarinya toilet training dengan cara membawanya ke toilet setiap sejam-dua jam sekali. Alhamdulilah, dalam hitungan hari saja dia selalu menurut ketika dibawa pipis di toilet, walaupun masih sesekali ngompol di celana, tapi makin ke sini frekuensinya makin berkurang.

Ah...alhamdulillah, ini judulnya ruam popok membawa berkah, kalau ngga ada kejadian ini mungkin ga akan pernah terpikir untuk saya mengajarkan toilet training secepat ini pada si bungsu apalagi umurnya baru 15 bulan, karena kedua kakaknya baru lancar toilet trainingnya di usia 2 tahun an lebih kalau ngga salah. Yah....setiap kejadian insya allah selalu membawa hikmah yah....alhamdulillah.

Oh ya....sedikit tips buat ibu-ibu yang sedang mengajarkan bayi-bayinya toilet traning :

1. Beberapa momen yang pas untuk membawa bayi ke toilet yaitu saat bangun tidur, ketika akan tidur, dan sehabis makan dan minum. Biasanya dari ketiga momen itu, air seni yang dikeluarkan cenderung banyak, sehingga sehabis itu keinginan dia untuk ngompol tidak ada karena supply air seni dalam tubuhnya sudah kosong.

2. Berikan suasana ceria saat membawa si kecil ke toilet, dan beri ciuman ketika dia berhasil, lama-lama dia akan paham pipis di toilet itu ternyata lebih asyik karena dapet bonus ciuman, sedang pipis di celana akan dapat bonus omelan (eh...salah...hihi :-P).

Oke deh...2 tips saja cukup, bukan tips yang super keren memang, tapi semoga bisa menambah masukan sedikit buat yang baca deh....aamiin.




Comments

Ade Anita said…
Dulu aku juga dapat nasehat dari dokterku pas jalanin masa toilet training: jangan minum susu menjelang tidur krn itu bikin pingin pipis di tengah malam. Minum susunya 2 jam sebelum tidur.
intisari hampir mirip dengan postingan artikelku mba yang potty training...smoga selalu bisa menerapkan kedisiplinan terhadap buah hati tercinta kita,slm kenal ya Mak...silakan mampir di lapakku :)
rena puspa said…
@mba ade : iya bener mba....ktnya minum susu menjelang tidur bikin pgn pipis tengah malam yaa, tp anakku blm mau susu selain ASI nih, jd lumayan mengurangi kerjaan...xixi, mksh mbaa...sudah mampir ke sini

@putri : waah....pnya pengalaman seru jg yaa ttg toilet training, siip, ntar aku mampir ke blog nya yaa....mksh dah mampir ke sni

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?