Saat Kekuatan Cinta Mengalahkan Segalanya


Judul  : Bersandarlah di Bahuku
Penulis    : Eni Martini
Penerbit  : Diva Press
Halaman : 370 halaman
ISBN      : 978 - 602 - 7641 - 65 - 5


Don't judge the book by it's cover. Yup....kalimat itu yang pertama terlintas di otak saya, saat saya mengakhiri membaca halaman terakhir dari novel ini. Mengapa?? karena saya benar-benar tidak mengira kalau isi novel ini jauh banget dari tebakan saya, sebab di awal saya terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang isi novel ini hanya berdasarkan tampilan cover dan tulisan judulnya.

Jujur saja, menurut saya desain covernya kurang "gimanaaaa" gitu, termasuk judulnya, kurang mewakili pesan utama yang ada di dalam isinya, jadi saat awal saya membacanya sudah langsung memvonis duluan isinya kira-kira kayaknya "begitu deh".


Namun....olala....saya ternyata salah total, karena tanpa harus menunggu lebih dari 30 halaman selesai, saya sudah dibuat larut oleh konflik seru yang dibawa penulisnya, banyak sekali rentetan kejadian yang diluar dugaan, ditambah pemaparan detil yang begitu hidup, plus pemakaian diksi yang lincah, membuat saya betah melanjutkan halaman demi halaman, hingga titik terakhir. Yang paling menarik dari novel ini adalah, ketika tema batik masuk begitu detil dalam kemasan kisah cinta tidak biasa yang dialami oleh kedua tokoh utama, sehingga mampu membuka wawasan saya yang masih awam banget soal batik.  Disaat yang bersamaan penulis juga sukses membawa misi utama nya yaitu mengenalkan batik kepada pembacanya, karena dibalik sehelai kain batik, ternyata menyimpan begitu banyak arti, dan mba eni mampu menerangkan dengan detil falsalah batik itu seperti apa dalam kemasan cerita yang begitu mudah dicerna. Dan rasanya saya tidak hanya dibuat kenal saja dengan batik, namun juga mendadak dibuat cinta dengan yang namanya batik.

Novel ini bercerita tentang seorang Editor fashion yang cantik, smart, modern yaitu Nadia Lubis menikah dengan seorang laki-laki jawa nan sopan, teduh, dan keturunan ningrat yang bernama Wahyu Handjojo. Melihat latar belakang mereka yang sangat bersebrangan memang cukup membuat biduk pernikahan mereka penuh dengan hiruk pikuk pada masa-masa awal adaptasi, ditambah dengan kuatnya pengaruh keluarga besar Wahyu lengkap dengan segambreng "aturan mainnya" masuk ke dalam kehidupan mereka, membuat hingar bingar yang ada makin terasa. Namun sikap seorang Wahyu yang bijak, di awal-awal konflik terlihat selalu sukses meredam semuanya. 


Hingga suatu hari ayahnya Wahyu mendadak terkena serangan stroke, sehingga Wahyu sebagai anak tunggal dan menjadi satu-satu nya pewaris seluruh aset milik orang tua nya, terpaksa harus rela meninggalkan kota Jakarta dan semua kariernya untuk hijrah ke Yogjakarta, demi menyelamatkan bisnis kain batik yang sudah dikelola turun temurun oleh keluarga besar Wahyu. Dan kepindahan wahyu ini, tentu saja mengharuskan Nadia sebagai seorang istri yang baik ikut pindah juga. Meninggalkan Jakarta dengan semua karirnya di bidang fashion, bukan perkara mudah bagi Nadia, karena karir di dunia fashion sudah dia rintis sejak remaja, dan menjadi seorang editor fashion adalah sudah menjadi mimpinya sejak lama.


Namun demi cinta, Nadia akhirnya rela melepas semuanya, dan memilih mengikuti suaminya pindah ke Jogjakarta. Walaupun ternyata dia harus menghadapi kenyataan, bahwa menjalani pilihan yang dia ambil ternyata tidak mudah. Betapa dia harus beradaptasi dengan keluarga besar Wahyu yang cenderung kolot dan feodal, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pengelolaan bisnis kain batiknya, seolah semua perkataan bahkan sebuah ajakan sekalipun dari mereka adalah perintah yang tidak bisa ditolak oleh Nadia. Sedangkan Nadia sendiri seorang yang dinamis, dan sangat terbiasa mengambil keputusan atas keinginannya sendiri, tentu saja sesak nafas menghadapi kenyataan seperti itu.


Pergulatan batin seorang Nadia dalam berjuang menunjukkan cintanya kepada Wahyu suaminya, di kupas apik sekali oleh sang penulis, bagaimana dia berjuang sekuat tenaga membuang semua egonya demi mendukung perjuangan suaminya dalam mengelola perusahaan batik milik keluarga besarnya. Hingga pada satu titik dia berpikir, akankah dia nanti nya berhasil menunjukkan cinta pada suaminya, namun sekaligus harus rela kehilangan dirinya sendiri??.Yup... karena tuntutan dari keluarga besar Wahyu perlahan tapi pasti seolah sedang memaksa dirinya untuk berubah jadi orang lain. Lalu bagaimana peran Wahyu menghadapi ini, mampukah dia tetap bertahan menyelamatkan bisnis keluarga nya tanpa harus membuat istrinya merasa kehilangan dirinya?. Semuanya bisa disimak langsung dalam novelnya.


Sebuah novel yang layak dibaca terutama oleh pasangan muda yang baru membina rumah tangga, karena banyak pembelajaran yang bisa diambil. Salut kepada penulisnya yang sanggup memasukkan tema batik ke dalamnya, semoga para pembaca akan tumbuh kecintaannya pada salah satu budaya indonesia ini.




Comments

eni martini said…
makasih sdh membaca dan meresensinya mba Rena..sebenarnya soal cover aku juga ga sreg*norak yak, g it colour
soal judul juga mereka menggubah sendiri tanpa persetujuanku, judul aslinya sebenarnya jargon lagunya itu...alhamdulillah novel ini laris dan cetak ulang ^_^
rena puspa said…
sama2 mbaa...

wah...cetak ulang yah, berarti pembaca sudah pada pinter mbaaa....ga beli buku cuma melihat dari cover ama judulnya aja....kereeennn....sukses ya mbaaa...

Popular posts from this blog

Catatan Workshop Psikodrama , Jakarta, 3 -4 Februari 2024

Giveaway "Bahagia Ketika Ikhlas"

Review "Out of The Truck Box"