Saat Kekurangan Menjadi Modal Kekuatan

Postingan ini saya ambil secuil deh dari buku saya "Bahagia Ketika Ikhlas", tapi di buku itu ga saya ceritakan sih, jadi tulisan ini boleh dibilang sebagai latar belakang pemikiran buku itu kali yaa.

Rasanya saya udah sering bilang yaa di kutipan promo-promo buku saya, bahwa 2 penulis yang mempengaruhi penulisan buku saya itu adalah Pa Erbe Sentanu dengan bukunya "Quantum Ikhlas" dan Nick Vujicic dengan bukunya "Unstoppable"


Dari Pa Erbe Sentanu saya belajar tentang teknis mengelola hati, dari Nick Vujicic saya belajar untuk memanfaatkan kekurangan. 

Oke... biar langsung to the point, sesuai dengan judul postingan, saya langsung bahas aja soal memanfaatkan kekurangan supaya bisa jadi kekuatan.

***

Jauh sebelum saya jadi penulis, saya ini sering banget mengamati orang-orang yang secara fisik memiliki berbagai kekurangan, misal : matanya buta, atau kakinya cacat, telinganya tuli. Namun yang sering bikin saya heran, kenapa mereka kok seperti tidak gusar yaa dengan kekurangannya itu, dan mereka bahkan mampu menjalani hidup lebih percaya diri dibanding orang-orang yang secara fisik dikatakan sempurna tidak kurang suatu apapun. 


Entah kenapa saya bener-bener penasaran aja, kok bisa mereka jadi orang yang super PD begitu, bahkan PD yang mereka miliki mampu mengalahkan PD nya orang-orang yang secara fisik tampak sempurna (maksudnya lengkap semua panca inderanya). Oke lah... banyak orang bilang, bahwa Allah Maha Adil, disaat Dia memberi kekurangan pada seorang mahluk pasti disisi lain dia akan diberi kelebihan, dimana kelebihan mereka yang cacat secara fisik yaitu memiliki kepercayaan diri yang berlebih.

Bener sih... pastinya Allah Maha Adil, tapi saya tetep yakin, pasti ada lah prosedur teknisnya, dimana prosedur itupun bisa dipelajari oleh orang-orang yang secara fisik sempurna tapi punya masalah dengan PD nya (saya pisan ini mah xixi :-P ). Lagipula dalam hidup, hikmah itu bisa berserak dimana saja kan, dan sebagai manusia kita juga dianjurkan untuk dapat mengambil hikmah dari kejadian apapun untuk selanjutnya kita pakai sebagai modul belajar kita dalam menjalani kuliah di "Universitas Kehidupan" ini #ehem... batuk-batuk #.


Dalam masa pencarian yang panjang, lalu ketemu lah saya dengan buku "Unstoppable" karya Nick Vujicic, seorang motivator level dunia yang gemar sekali menulis, dimana dia ternyata memiliki cacat fisik, yaitu tidak punya tangan dan kaki.



Pertama kali beli buku itu jujur aja karena takjub dengan cover bukunya, secara di covernya terlihat Oom Nick Vujicic sedang main selancar di laut dengan wajah super PD gitu, waktu itu saya belum tau kalau Oom Nick teh orang terkenal  hihi :-P. Pas liat covernya cuma bengong aja, waaah... bisa yaa ada orang yang ga punya tangan dan kaki main selancar di laut tanpa rasa takut begitu. Disamping itu saya juga penasaran, waduh... ga punya tangan dan kaki kok bisa nulis, terus cara nulisnya gimana?? Oh ya.... dulu beli buku beliau dalam rangka ingin melancarkan kemampuan bahasa inggris saya juga siih yang masih acak-acakan xixi. 

Pas baca isinya, masya allah.... kereenn sangatttt, saya bersyukur ada Oom Nick yang mewakili golongan orang-orang yang mempunyai kekurangan fisik namun rajin menulis, karena dari tulisan-tulisannya, seolah menjawab banyak rasa penasaran saya selama ini, tentang rahasia PD orang-orang yang mempunyai kekurangan fisik.

Ternyata kunci sukses Oom Nick justru dengan menjadikan kekurangannya itu sebagai modal kekuatannya. Dan penerimaan atas kekurangan secara totalitas ini ternyata sulit dilakukan oleh kita yang secara fisik dilahirkan lengkap dan sempurna. Saat kita memahami bahwa kita punya kekurangan, kita baru dalam level "berdamai dengan kekurangan", sedang orang-orang yang ditakdirkan cacat seperti Oom Nick punya level lebih tinggi dari itu, kekurangannya itulah justru kekuatannya.

Dengan kekurangan yang mereka miliki, seolah mereka tidak punya alasan untuk survive selain harus bergantung penuh pada pencipta mereka yaitu Tuhan, sedang kita yang bertubuh sempurna sering sekali menggantungkan hidup pada kesempurnaan kita yang sebenarnya sangat terbatas.

Akhirnya orang-orang seperti mereka sudah berhasil menjadi "pemenang kehidupan" karena "backing" hidup mereka Allah langsung, sedang kita baru dalam level "berdamai dengan kenyataan", karena kekurangan yang kita miliki jarang sekali kita pasrahkan keberadaannya, ndilalah kita malah sibuk saja push to the max kelebihan yang kita punya, dengan terus menekan habis-habisan kekurangan yang ada, alhasil pencapaian kita pun terbatas dan menjadi sangat melelahkan.


Lalu mungkinkah kita bisa melesat seperti mereka ?? bisa banget.... caranya... yaa dengan totalitas mengakui semua kelemahan kita, ingat yaa.... totalitas.... jangan ada mengeluh, jangan ada yang tersisa. Dengan cara ini tubuh kita seolah mengijinkan Allah masuk dan bekerja pada tubuh kita secara sempurna. Dan saat ini sudah terjadi, maka pencapaian kita pun akan melebihi dari yang kita perkirakan sebelumnya.


So... tunggu apalagi ?? mau sampe kapan kita berdamai terus dengan kenyataan, karena seharusnya kita ini adalah pemenang kehidupan. Jadikan kekurangan sebagai modal kekuatan kita. Karena kesempurnaan sejati sesungguhnya baru bisa kita rasakan disaat kita paham benar ketidaksempurnaan kita, dimana pada titik itulah akhirnya kita sanggup merasakan kesempurnaan Allah benar-benar nyata "mencelup" tubuh kita.













Comments

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?