Review "Love Fate"

Judul Novel: Love Fate
Penulis: Sari Agustia
Jumlah Halaman: 228 halaman
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2015-06-01
Harga: Rp. 48.000



Banyak orang berkata 5 tahun pertama pernikahan merupakan masa-masa yang berat, karena proses adaptasi terjadi di sana sini baik dari pihak suami atau pihak istri.  Ujian pernikahan bisa jadi memang lazim ada pada setiap pernikahan siapapun, dimana ujian pernikahan itulah justru yang dapat mengakselerasi proses adaptasi di antara keduanya. Atau bisa jadi sebaliknya, akibat gagal memaknai proses adaptasi yang dibawa oleh ujian pernikahan yang ada, endingnya masing-masing pihak lebih memilih kembali menjadi "saya" atau "dia" tanpa pernah ada "kita" dalam kosakata hidup pernikahannya. 

Kurang lebih pesan seperti itu lah yang dibawa oleh penulis "Love Fate" ini. Sang tokoh yang bernama Tessa menikah dengan seorang laki-laki bernama Bhas. Saat mereka menikah, karir keduanya cukup menjulang, seperti dalam negri dongeng, semua berjalan mulus, dimana satu sama lain mampu saling mengisi, dan semua orang melihat mereka seperti pasangan yang sempurna. 

Namun semua mulai goyang, saat kehadiran anak mulai dirindukan Tessa. Hingga pernikahan mereka memasuki tahun ke 5 ternyata ketidakhadiran anak mulai membuat Tessa merasa "gerah". Pertanyaan banyak orang yang awalnya mampu dianggap hanya sebagai salah satu bentuk "perhatian", entah mengapa lama kelamaan terasa seperti sejumlah "tusukan". 

Dan...semua makin rumit, saat Bhas suaminya terlihat cuek dengan "keresahan" Tessa. Bahkan saat Tessa memutuskan untuk terapi ke dokter kandungan, Bhas tidak mau ikut terlibat. Nah... keseruan novel ini dimulai dari sini, karena konfliknya hingga menyebar kemana-mana bahkan ke kedua keluarga besar, baik dari pihak keluarga besar Tessa maupun dari pihak keluarga besar Bhas.  Lalu bagaimana akhirnya perjuangan Tessa ? Apakah dia harus berjuang seorang diri ? Atau endingnya Bhas berhasil luluh?!. Semua bisa disimak langsung di dalam novelnya.

Kesan :

Pertama kali saya mulai melahap halaman pertama novel ini, awalnya saya menyangka ini sebuah "memoar" atau autobiografi, karena gaya bertutur penulisnya mirip dengan A Fuadi dalam menuturkan novelnya dimana isinya memang murni diambil dari kisah hidupnya. Namun ternyata "Love Fate" ini sebuah novel, berarti kisah yang ada di dalamnya murni hanya fiksi belaka.

Untuk sebuah novel perdana, ide yang diangkat cukup menarik, dan bisa jadi mewakili banyak pasangan yang memiliki masalah yang sama yaitu ketidakhadiran anak dalam pernikahannya. Konflik dan intrik yang ada di dalam novel ini mungkin banyak yang bisa diambil hikmahnya atau justru dijadikan semangat bagi pembaca yang mungkin sedang berada dalam ujian pernikahan yang sama. Saya pikir penulis cukup berhasil membawa pembaca ikut larut ke dalam kisahnya, dan ikut mengambil hikmahnya. 

Hanya ada sedikit masukan dari saya, karena novel ini ber genre fiksi, aura "fiksi" di dalam novel ini masih terasa nge mix dengan genre "memoar", sebenarnya ga masalah sih yaa... tapi bakal makin "afdhol" kalau kesan "autobiografi" bisa murni hilang, so...fantasi pembaca bisa makin bebas. Karena kebetulan ending novel ini masih memungkinkan untuk dibuat 'sekuel' lanjutannya, barangkali saja di novel yang kedua nanti sensasi "fiksi" nya bisa dibuat lebih "nge beat" lagi.


Ah... tapi tentu saja pandangan saya ini belum tentu benar ya... penulis lah yang paling punya hak penuh menentukan harus seperti apa bentuk cerita novelnya, semoga masukan kecil dari saya tidak mengganggu ide yang sudah ada yaa... ditunggu banget lanjutan novelnya. Selamaaattttt buat Teh Sari Agustia... jempoooll untuk karya perdananya. 


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Workshop Psikodrama , Jakarta, 3 -4 Februari 2024

Giveaway "Bahagia Ketika Ikhlas"

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)