Resensi Buku "Sayap-Sayap Sakinah"




Menikah dan Berbahagialah

Judul                       : Sayap-Sayap Sakinah 
Penulis                   : Afifah Afra & Riawani Elyta
Penerbit                 : Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit           : Juli 2014
Tebal Halaman       : 239 halaman
Harga                     : Rp 44.000,-
ISBN                      : 9786021614228



Meski pahala menikah setara dengan menjalankan setengah dien, namun tidak banyak orang yang benar-benar gigih menanamkan pondasi pernikahannya. Betapa banyak orang serius belajar agar sukses menjadi ini dan itu, namun tidak banyak yang memiliki cita-cita untuk sukses menumbuhkan dinamika pernikahannya, seolah dengan menjalani semua apa adanya, langgengnya sebuah pernikahan otomatis akan ada dalam genggaman. 

Padahal membumikan kalimat "sakinah mawaddah wa rahmah" itu ternyata butuh ilmu agar hasilnya tepat sasaran. Cinta yang menjadi energi besar sebuah ikatan pernikahan, butuh terus ditumbuhkan agar semua kewajiban yang melekat antara suami dan istri dapat bertransformasi menjadi sebuah kebutuhan.  Saat cinta terasa mengering, maka pelaksanaan kewajiban pun seolah kehilangan energinya.

Seperti yang tertera pada bab awal buku ini tentang apa itu sakinah mawaddah wa rahmah. Kata sakinah yang merujuk pada kutipan ayat Q.S Ar-Rum ; 21, lalu dijelaskan pada Q.S Al-Baqarah ; 187 , yang menyebutkan bahwa suami atau istri itu dianalogikan sebagai pakaian yang terasa nyaman saat dipakai (halaman 45). Sedangkan mawaddah lebih terkait dengan insting manusia yang secara alamiah memang diciptakan memiliki ketertarikan lawan jenis, dan rahmah yaitu kasih sayang yang muncul karena interaksi dalam waktu lama (halaman 47-48). 

Agar mawaddah wa rahmah ini dapat mengepak secara harmonis, maka laki-laki dan wanita harus menyadari kecenderungannya masing-masing. Kondisi fisik dan fisiologis tubuh lelaki cenderung untuk menjadikan mawaddah lebih dominan dibandingkan rahmah, dan sebaliknya dengan perempuan. Bahkan beberapa peneliti masalah ini menyebutkan bahwa lelaki cenderung terpuaskan secara biologis dahulu baru merasa tentram. Sementara pada wanita, tentram dulu baru bisa merasakan kepuasan secara biologis (halaman 48).

Lalu masuk pada bab pertengahan pembaca disuguhkan tentang jalan menuju cinta yang menjadi sayap  sebuah pernikahan, dimulai dengan pengenalan berbagai jenis cinta merujuk pada berbagai teori (halaman 52-54). Tentang bagaimana merencanakan jodoh terbaik (halaman 69-77), tentang bagaimana berdamai dengan ketidakidealan (halaman 102-110). Dan mengenal berbagai celah yang dapat menggoyangkan pondasi pernikahan yaitu CLBK atau TTM (halaman 171-179) juga bersahabat baik dengan mertua (halaman 217-222).


Pada bagian akhir buku ini, saya dihentakkan dengan bab yang berjudul "Perempuan Sempurna", betapa mewujudkan sebuah pernikahan sakinah ternyata bukan bergantung dari seberapa hebat dan sempurnanya pasangan kita, namun bergantung dari kesempurnaan ikhtiar kita dalam mewujudkannya, sehingga Allah akan hujamkan rasa sakinah dalam hati kita. Penuturan penulis yang menggambarkan tentang dahsyatnya perjuangan Asiyah dalam mendampingi Fir'aun suaminya yang dzalim, atau kisah ibunda Maryam seorang lajang yang dipilih oleh Allah mengandung nabi Isa dimana dia rela dituduh sebagai penzina oleh kaumnya, sukses membuat saya berlinang airmata penuh keharuan. Bab ini seolah mampu menggugah sadar sekaligus menyentil pembaca tentang bagaimana menjaga rasa syukur dan sabar, sehingga seperti apapun pasangan yang Allah hadiahkan kepada kita tetap  dapat mengantarkan kita menuju ridhaNya.

*****
Jika selama ini saya merasa sedang "diceramahi" saat sedang membaca buku-buku pernikahan, maka saya merasakan sensasi yang berbeda saat membaca buku ini. Ditulis oleh 2 orang penulis novel yang sudah memiliki jam terbang lumayan tinggi, membuat buku ini dipenuhi dengan diksi cantik dan cerdas jauh dari kesan menggurui dan membosankan. Penulis seolah menempatkan dirinya sebagai teman pembaca yang sedang mengajak merenung bersama. Mampu menembus kedalaman makna sebuah ikatan pernikahan, namun tersaji dalam kalimat renyah yang sangat mudah dicerna. Ibaratnya saya sedang memakan cemilan ringan namun sarat dengan kandungan gizi didalamnya. Betapa kumpulan teori-teori berat mampu melebur utuh dengan kisah pribadi kedua penulis, sehingga membentuk sebuah harmonisasi tulisan yang berimbang. 

Meski dalam kata pengantar penulis sudah menyampaikan bahwa buku ini sengaja mengabaikan sistematika, sehingga membiarkan semuanya berserak bak kumpulan benda-benda kecil yang bisa dinikmati secara terpisah, namun saya merasa kenyamanan sedikit berkurang karena ketiadaan sistematika ini. Sebut saja ini sebuah kekurangan dari buku ini versi pembaca seperti saya, Entahlah.... mungkin ini soal selera saja karena bisa jadi tidak menjadi masalah untuk pembaca yang lain. Terlepas dari itu, kepingan-kepingan puzzle yang dibeberkan oleh kedua penulis memang luar biasa, bahasan-bahasan berat dan rumit mampu hadir dalam bentuk yang sederhana sehingga mampu dinikmati kaum awam sekalipun.

Sebuah buku yang "wajib" dimiliki oleh siapapun yang menginginkan bahagia dalam pernikahannya dan untuk para lajang yang hendak mempersiapkan pernikahannya.



Tulisan ini diikutkan dalam lomba resensi yang ada pada link berikut : http://sayapsakinah.com/lomba-menulis-resensi-buku-seri-sayap-sakinah/





Comments

Riawani Elyta said…
Terima kasih teh udah berpartisipasi ....:)
AFIFAH AFRA said…
Terimakasih atas resensinya... masukannya sangat kami cermati :-)
Desi said…
Diksi si resensi Mba Puspa ini enak bgt bacanya.. kayak ngelahap cemilan bergizi :)
rena puspa said…
@mba ria : sama2 mba... semoga sukses lombanya yaa... dan saya bisa nyangkut jadi pemenang..hihi
@mba yeni : sama2 mba... alhamdulillah seneng bisa ikutan hehe :-)
@namora ritonga : alhamdulillah... makasih dah mampir yaa :-)

Popular posts from this blog

Review Milad Pernikahan ke-2 (Part 1)

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"