Dokumen Lengkap?! Jalan-jalan Pun Tenang

Tanpa terasa ternyata saya sudah masuk hari ke 4 mengikuti tantangan 10 hari nge blog tentang ASEAN. Dan tema yang diberikan hari ini yaitu membahas soal Visa, tepatnya seperti ini : "Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata?"




Berbicara tentang visa, refleks di kepala saya langsung terbayang sistem birokrasi dan keruwetannya. Yah...perihal urus mengurus dokumen, mau tidak mau membuat saya membayangkan situasi ngantri nya, wara-wiri dari tempat A lanjut ke B, belum ditambah "galau" nya saat menunggu prosesnya selesai, karena (kadang) kalau kita sedang tidak beruntung, bisa juga kita mengalami proses yang seolah jalan di tempat, . Dan ini terjadi bukan karena pihak negara kita atau pihak negara tujuan kedatangan tidak serius menangani, biasanya kalau pun terjadi lebih karena masalah teknis, semisal mati lampu lah, jaringan internet mati, yang kadang terdengar sepele, tapi lumayan bikin emosi jiwa :-P.

Pengurusan berbagai dokumen semisal paspor dan visa sebenarnya sangat bermanfaat untuk kita ketika kita harus mendatangi suatu negara, supaya diri kita disana mendapat perlindungan hukum kalau misalnya terjadi hal-hal buruk yang mungkin menimpa diri kita. Jadi konyol juga kalau kita ngeluh males ribet buat ngurusin berbagai dokumen saat kita akan melakukan perjalanan ke luar dari negri kita, karena nanti kalau ada apa-apa disana kita juga yang rugi.

Untuk memajukan pariwisata, negara-negara ASEAN lalu membuat kesepakatan bersama memberlakukan bebas VISA bagi semua masyarakat ASEAN yang akan melakukan kunjungan ke semua negara ASEAN, jadi cukup bermodalkan paspor kita sudah bisa keliling ke seluruh negara-negara ASEAN. Namun ternyata ini tidak berlaku untuk Myanmar. Negara "pangais bungsu" yang masuk ke dalam keanggotaan negara ASEAN ini, sampai sekarang masih memberlakukan visa bagi para warga ASEAN yang ingin mendatanginya.

Kira-kira mengapa ini bisa terjadi ya? apa negara Myanmar tidak memiliki cukup tempat pariwisata yang indah untuk dikunjungi?. Hmm...buat memastikan, mari kita lihat tempat-tempat wisata yang ada di Myanmar.


Pagoda Emas

Tempat ini begitu menarik karena stupa yang menjadi bagian utama dari bangunan ini berlapis emas, malah diujung puncak stupanya dipasang berlian. Lokasi tempat ini berada di kota Yangoon, kota yang dahulunya menjadi ibukota negara Myanmar sebelum akhirnya pemerintah Myanmar memutuskan memindahkan ibukota nya ke Naypyidaw. (sumber http://soulbluezer.blogspot.com/2012/05/tempat-wisata-myanmar.html )



Pagoda Emas, Myanmar






Golden Rock (Kyaikto)
Tempat wisata lainnya yang cukup terkenal yaitu Goldon Rock (Kyaikto). Nama Kyaikto (kyaik-htiyo) berarti pagoda kepada seorang kepala pertapa atau bisa disebut batu emas. tinggi batu ini sekitar 25 meter. tempat ini mempunyai legenda yang masih dipercaya oleh masyarakat setempat. konon, sehelai rambut Budha tersimpan ditempat tersebut. namun, ada juga cerita-cerita lain yang menyebutkan asal mula batu itu. diluar hal itu, objek yang satu ini sangat cocok untuk fotografi dan dilakukan pada saat matahari tenggelam. dikomplek ini juga ada beberapa bangunan yang digunakan untuk tempat peribadatan (sumber http://soulbluezer.blogspot.com/2012/05/tempat-wisata-myanmar.html )
Golden Rock, Myanmar

Selain 2 lokasi di atas masih ada tempat pariwisata yang dimiliki Myanmar, yaitu museum Aung San Suu Kyi House (rumah tokoh politik perjuangan Myanmar) , Taukkyan War Cemetery (makam tentara-tentara Inggris yang tewas di Myanmar saat perang dunia II), Yangoon Zoo (kebun binatang), Pulau Kyauktan. (sumber http://soulbluezer.blogspot.com/2012/05/tempat-wisata-myanmar.html ).

Walaupun tempat wisata yang ada tidak sebanyak negara-negara ASEAN lainnya, namun kalau saja dikelola dengan baik sebenarnya akan mampu menjadi lahan yang bisa menyumbang devisa banyak bagi negaranya, terutama Pagoda Emas dan Golden Rock yang terlihat cukup fenomenal karena masing-masing bangunan itu terbuat dari emas.

Namun ternyata negara Myanmar merupakan negara yang paling lambat perkembangannya dalam sektor pariwisata. Mengapa ini bisa terjadi ? sebabnya jelas !! Karena Myanmar memang masih terlalu sibuk dengan berbagai pertikaian yang ada di dalam negrinya sejak puluhan tahun lalu. Dan pertikaian yang masih menghangat hingga sekarang  yaitu adanya kekerasan yang dilakukan kepada kaum minoritas Rohingya yang beragama Islam oleh masyarakat mayoritas yang beragama Budha. Sampai sekarang sebenarnya belum terlalu jelas juga, pertikaian yang terjadi disana adalah pertikaian agama atau pertikaian ras, yang pasti korban akibat pertikaian ini cukup menyedihkan dan menyayat hati umat Islam, karena warga muslim (warga Rohingya) yang banyak menjadi korbannya.



Mari kita kembali menelusuri tema. Lalu ketika kita akan melakukan perjalanan wisata ke daerah yang sedang bertikai, apakah perlu Visa? sedemikan hebatnya kah fungsi Visa? kenapa tidak cukup bermodalkan paspor saja?.

Melihat kebijakan negara Myanmar sendiri yang sebenarnya tidak mempersulit pengurusan Visa, menunjukkan mereka sangat welcome dengan kedatangan warga asing memasuki negaranya. Adapun pemberlakuan Visa mungkin sebagai salah satu usaha mereka menjaga hak-hak warga ASEAN yang ingin berkunjung ke negaranya mengingat negara mereka masih kisruh. Jadi kita hormati saja kebijakan ini untuk kebaikan diri kita sendiri. Sehingga kita akan merasa nyaman berjalan-jalan menikmati wisata yang ada, karena hak-hak kita sudah jelas-jelas dilindungi oleh mereka. Dan jika mendadak kisruh memanas lagi saat kita masih disana, keberadaan kita menjadi sangat mudah dilacak. 

Yang terbayang di kepala saya, ketika kita berada di negara yang sedang kisruh, jika hanya paspor yang digunakan sebagai dokumen keluar masuknya seorang warga ke negara itu, orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang mungkin ingin mengambil keuntungan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan "tema" pertikaian yang ada, akan sangat bebas keluar masuk, dan semua menjadi tampak campur baur ga karuan. Bisa-bisa kita yang sedang asyik wisata malah dituduh bagian dari mereka karena tokh ngga ada bedanya sama-sama berpaspor, dimana paspor kan hanya sebuah dokumen yang dikeluarkan negara asal. Nah....kalau ini terjadi ngeri banget kan. Jadi visa memang masih sangat dibutuhkan untuk menjaga warga yang datang selama negaranya masih bertikai, karena visa itu dokumen yang dikeluarkan oleh negara tempat tujuan.


Terus bagaimana nih mensukseskan Komunitas ASEAN 2015 terutama di sektor pariwisata, kalau kebijakan negara Myanmar soal Visa ini seolah dinilai menghambat. Aduuuh...sebelum sampai jauh ngurusin pariwisata, dengan berat hati saya bilang, kita bantu meredam konflik nya aja dulu yuk, karena mereka juga sudah cukup lelah dengan semua konflik yang terjadi, sehingga energinya udah ga sempat lagi mengurus yang lain termasuk sisi pariwisata ini. Kalau konflik sudah mereda, pasti mereka juga ga akan ragu menghapus kebijakan ini, sehingga kesenjangan perkembangan pariwisata yang terjadi antara negara Myanmar dengan seluruh negara anggota ASEAN lainnya akan bisa diminimalisir.

Comments

ade anita said…
Dari tempatmu kalo mo main ke myanmar ngurus visanya di kedutaan RI yg ada di malaysia atau harus balik ke jakarta dulu tuh Rena?
rena puspa said…
kemaren sih suamiku ada tugas ke amrik, ngurus visa nya tetep disini aja mba...di kedutaan RI, klo mau ke myanmar sama jg kli yaa

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?