Filosofi Kopi (bukan judul novel)
Baca judul di atas, jangan terkecoh,
seolah tulisan ini akan bercerita tentang salah satu novel Dee Lestari
yang berjudul "Filosofi Kopi", oh bukan...tulisan ini ngga ada
hubungannya dengan novel mba Dee yang beken itu, judul itu saya pinjam
karena dalam tulisan ini tema tulisan yang akan dibuat ingin bercerita
tentang kopi. Kebetulan admin Assean blogger menentukan tema di hari ke 5
ini berkisah seputar kopi, bunyi lengkapnya sebagai berikut :
- Sekarang ini, minum kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Hampir di seluruh penjuru kota, tidak hanya di Indonesia tetapi juga ASEAN, banyak tersebar gerai kopi. Di dunia, negara penghasil kopi terbesar adalah pertama: Brazil, kedua: Vietnam dan ketiga adalah Indonesia. Kedua negara terakhir adalah anggota ASEAN. Menuju Komunitas ASEAN 2015 ini, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia? Bisakah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan menjadi rival atau saling bersaing.
- Tuliskan pendapatmu di blog tentang kemampuan Indonesia dan Vietnam merebut pangsa pasar kopi di dunia, berkaitan dengan Komunitas ASEAN 2015. Tidak hanya bersaing tetapi bisa juga menjadi partner bersama.
Bicara
soal kopi, serasa sedang ngomongin saya dengan hobi menulis saya,
karena sejak saya mulai nyemplung dengan dunia menulis entah kenapa saya
mendadak jadi suka sekali minum kopi. Maklum ide menulis kadang
mengalir tanpa jeda, tapi mendadak berhenti ketika rasa kantuk datang,
nah saya mensiasatinya dengan minum kopi deh biar mata melek lagi :-D.
Yah...seperti sugesti yang seolah diyakini kebenarannya oleh banyak
orang, minum kopi bisa ngilangin ngantuk, tampaknya
saya percaya juga tuh. Walau sebenernya ngga ngantuknya pas minum
kopinya aja, begitu seluruh kopi yang ada di cangkir habis, langsung deh
nguap-nguap lagi ahahah.
Meskipun
sudah banyak informasi yang menyebutkan tentang bahayanya minum kopi
bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih, namun tetap tidak
menurunkan hasrat saya untuk menikmatinya. Padahal sebenarnya rasa kantuk menghilang itu lebih karena efek kafein yang membuat kerja adrenalin
meningkat, sehingga kita seolah "merasa" bersemangat. Dan rasa kantuk
datang itu sebetulnya respon alami keinginan tubuh kita untuk
beristirahat, dan ketika respon itu kita lawan, lama-lama kerja sistem
organ kita juga jebol. Ibaratnya mesin kalau disuruh kerja terus tanpa
ada istirahat lama-lama akan rusak. Jadi idealnya kalau ngantuk yah
tidur sih bukan malah minum kopi :-D. Sesuatu yang tidak baik
dikonsumsi dengan porsi berlebih, biasanya akan aman kalau diminum
sekedar icip-icip, so..minum kopi lah dengan bijak, insya allah aman.
Well....biarpun
saya suka kopi, tapi ternyata saya minim banget pengetahuannya soal
kopi, karena saya juga bukan penyuka kopi hitam yang pekat, tapi hanya
kopi-kopi instan saja. Dan gara-gara ada tantangan menulis mengenai tema
ini, mau tidak mau saya harus googling cukup banyak nih untuk memandu
saya bercerita soal kopi.
Setelah cerita sepintas tentang hobi ngopi saya, sekarang mari kita bicara soal darimanakah kopi itu berasal.
Seperti
yang sudah tercantum dalam tema tentang siapa saja negara negara yang
dikenal sebagai produsen kopi bagi dunia, diantaranya yaitu Brazil (di
urutan pertama), kedua :Vietnam, dan yang terakhir adalah Indonesia. Dan
2 negara terakhir ternyata merupakan sama-sama negara anggota ASEAN.
Membaca
nama Vietnam membuat saya cukup tersentak, owh...sebuah negara dimana
saat saya masih kecil dulu dikenal sebagai negara miskin, sekarang
ternyata sudah mampu menjadi produsen kopi terbesar kedua di dunia.
Rasa penasaran ini membuat saya googling "khusus" tentang negara
Vietnamnya sendiri, dan saya makin dibuat tercengang, karena dari hasil
yang saya dapat (terutama dari wikipedia), ternyata Vietnam walaupun
belum sehebat negara ASEAN lainnya, tapi pertumbuhan ekonominya pesat
banget. Bukan cuma kopi yang sanggup mereka hasilkan, tapi beras juga
menjadi salah satu sumber pendapatan mereka, karena mampu menjadikannya
sebagai negara eksportir kedua setelah Thailand. Wow...perang Vietnam
yang dulu sanggup meluluhlantakkan sistem perekonomian mereka ternyata
sudah mampu membuat mereka banyak belajar.
Kembali
ke tema, mari kembali bicara tentang kopi. Lalu bagaimana dengan kopi
Indonesia? ketika mampu menjadikan negara kita sebagai produsen kopi ke 3
di dunia, apa mungkin nantinya tetap akan bertahan? Sebenarnya apa sih
kekhasan kopi yang dimiliki oleh Indonesia? Apa kopi itu seperti beras
spesifikasinya ketika orang ingin mengkonsumsinya, sehingga untuk tetap
menjadikan suatu negara sebagai eksportir beras, cukup memproduksinya
saja besar-besaran secara kuantitas dan mempertahankan kualitasnya,
beres deh.
Dan
ternyata kopi itu beda banget laah dengan beras (nenek-nenek juga
tahu...hihi :-P), maksud saya bukan bentuk fisiknya, tapi lebih ke
spesifikasinya. Orang menikmati beras karena memilih yang bagus, ga
peduli mau dari Thailand kek, India, China atau Eropa ama Arab sekalipun
(2 negara terakhir ngarang banget itu mah sejak kapan padi bisa tumbuh
di Eropa dan Arab...ahaha, kan namanya juga misal :-P). Pokoknya asal
berasnya oke, itulah yang dipilih, dan negara yang sanggup memproduksi
beras dengan kuantitas banyak dan kualitas oke, maka dialah yang
mempunyai kemungkinan berperan sebagai penguasa pasar beras di tingkat
dunia.
Nah...berbeda
dengan kopi. Orang yang maniak dengan kopi, ternyata punya fanatisme
sendiri terhadap masing-masing jenis kopi yang mereka sukai. Kalau di
Indonesia ada 7 macam kopi yang terkenal, dengan masing-masing
spesifikasinya, pun masing-masing harganya, yaitu kopi luwak. kopi jawa,
kopi sumatra, kopi wamena, kopi lanang, kopi kintamani, kopi toraja.
Dari semua jenis kopi yang ada itu, masing-masing memang berbeda jauh
dengan yang lainnya, ada yang disukai karena teksturnya, ada yang karena
kadar kafein yang rendah, dan ada juga karena kadar kafein tinggi, ada
yang karena kadar asam yang rendah, karena dari masing-masing spec itu
ternyata menghasilkan sensasi rasa yang juga berbeda jauh saat
meminumnya. Menceritakan sensasi agak sulit yaa kalau tidak merasakan,
mungkin maniak kopi sejati yang mampu menerangkannya. Dan kalau orang
sudah menentukan kopi favorit di salah satu spec itu, ke penjuru manapun
akan dia cari tuh. Contoh kopi luwak yang dinobatkan sebagai kopi
termahal, dan dengan harga semahal itu pun tetep laris karena sudah
memiliki konsumen fanatis.
Baru
bicara kopi Indonesia saja orang sudah punya pilihannya masing-masing,
apalagi jenis kopi yang lainnya termasuk kopi dari Vietnam. Di Vietnam
sendiri, kopi yang paling terkenal yaitu bernama Trung Nguyen. Dan ternyata penyajian kopi vietnam itu berbeda juga dengan kopi-kopi lain yang ada di dunia, biasanya kopi dipersiapkan dalam satu cangkir untuk satu orang disertai dengan alat penyaring yang disebut phin.
Pada umumnya kopi disajikan di pinggiran meja bersamaan dengan proses
penyeduhan. Penggunaan susu kental manis menggantikan susu segar adalah
disebabkan ketersediaannya yang luas dan mudah disimpan di wilayah
beriklim tropika. Susu kental manis juga digunakan untuk memberi rasa
manis pada larutan kopi. Cara seperti ini telah menjadi tradisi karena
rasa seperti inilah yang lebih disukai oleh orang Vietnam.
kopi vietnam, sumber lembaranpung.files.wordpress |
Nah....kelihatan
kan sekarang bedanya masing-masing kopi dari berbagai wilayah sudah
punya spesifikasinya sendiri, dan so pasti sudah ada juga konsumen
fanatisnya.
Jadi
kalau ditanya apakah Indonesia dan Vietnam mampu menjadi partner yang
solid saat Komunitas ASEAN 2015 nanti datang terutama dalam urusan
perkopian ini? jawabannya adalah bisa banget, karena kita berdua bukan
rival, jenis kopi dari masing-masing negaranya saja sudah berbeda. Dan kalau Indonesia-Vietnam memiliki kerjasama yang bagus dengan sistem pengelolaan yang optimal,
bukan tidak mungkin negara kita dengan vietnam akan menjadi duet yang
cantik yang disegani semua negara di dunia karena keberagaman kopi kita
ditambah kuantitas dan kualitas yang oke.
Comments