Salon Thailand Hadir Menjamur di Indonesia ?! Mari Jadikan Sebagai Pemicu Majunya Salon Lokal

Saat pertama kali baca tema tantangan nge blog 10 hari tentang ASEAN di hari pertama ini, cukup sukses bikin hati jiper. Karena temanya berbunyi begini "Apa yang terjadi kalau di sekitar perumahan kamu banyak berdiri salon Thailand yang profesional dan bersertifikat internasional?". 





Kenapa jiper?? karena pertama, tema nya tentang salon, sebuah tempat yang hampir 2 tahun selama saya tinggal di Kuala Lumpur belum sempat saya sambangi lagi, karena kesibukan memiliki bayi, plus ga ngerti juga salon muslimah yang nyaman dengan harga terjangkau disini dimana. Alasan jiper yang kedua yaitu salonnya dari Thailand. Haduh...kenapa harus Thailand, soalnya yang saya tahu salon-salon di Indonesia yang laris manis kebanyakan pegawainya orang China, belum tahu kalau orang-orang Thailand jago nyalon juga (maafkan kalau salah, karena selama di Indonesia juga jarang ke salon...hiks :-P).  Satu-satunya yang saya hafal persis dari Thailand cuma Tomyamnya aja, karena disini banyak dijual di pasar....ahaha :-P.  Malaysia ini memang negara dengan jumlah warga asing yang cukup banyak, malah hampir 50% dari total jumlah penduduk yang ada adalah warga asing termasuk orang-orang Thailand cukup banyak juga yang tinggal disini (data diambil dari buku social studies nya anak saya yang kelas 6 :-P).






Kembali ke topik, membayangkan harus menulis tentang salon Thailand di perumahan sekitar kita di Indonesia, berasa sedang meraba-raba dalam kegelapan...ahaha, tapi saya ga mau kehilangan akal, maka saya coba menyalakan lilin (ngomong ala penyair xixi :-P), yaitu mencari sisi lain dari orang Thailand, karena kebetulan saya punya kejadian sederhana yang berhubungan dengan orang Thailand selama saya tinggal di Kuala Lumpur sini. Yuk...disimak kisahnya.


Pada suatu hari weekend yang cerah tepatnya sekitar setahun yang lalu, saya bersama suami berencana mencari tukang bekam. Lalu berkelanalah kami hampir seharian keliling kota Kuala Lumpur mencari tempat bekam, namun berakhir dengan gagal :-P, ketemu nya malah tempat penjualan alat-alat pijat gitu, dari yang bentuknya kecil sebesar pulpen (buat pijat kepala), sampai yang besarnnya seukuran kursi pijat, lengkap ada di sana. Melihat penyajian etalasenya yang cukup menarik, membuat saya dan suami memutuskan untuk masuk ke dalamnya, sebenernya alasan utama nya karena sekalian numpang ngaso juga sih setelah hampir seharian muter-muter...xixi :-P.

Begitu masuk ke dalam, langsung deh saya cari tempat duduk, karena sesuai dengan tujuan semula, masuk ke dalam memang mau numpang ngaso :-P. Tempatnya cukup nyaman, malah tergolong mewah so bikin kita betah deh menelusuri berbagai macam alat-alat pijat yang dipajang disitu. Pelayannya ada 1 orang, dari awal kami datang, dia hanya senyum terus tanpa melarang kami sedikitpun ketika kami "ngoprek" mencoba semua alat yang ada. Sampai akhirnya suamiku minat sama salah satu alatnya, dan memutuskan untuk bertanya lebih jauh tentang alat itu.


Bertanyalah dalam bahasa inggris, karena penampakan fisik orang itu sepintas memang mirip orang china jadi buat cari aman mendingan nanya pakai bahasa inggris. Eng...eng..ing...ternyata yang keluar dari bibir orang itu adalah bahasa yang asli belum pernah kita denger sama sekali...ahaha. Bengong deh suamiku kebingungan. Akhirnya suamiku nanya lagi.

"Can you speak English?"

Dan tetep dijawab dengan bahasa ga dikenal dari bibir si orang itu, seraya dia dengan semangat 45 nyerahin setumpuk brosur yang menerangkan tentang seputar penggunaan alat itu. Masih dengan muka bengong plus bingung, suamiku akhirnya pasrah aja dengerin "ocehannya" sembari nerima tumpukan brosurnya dari tangannya, sambil iseng bolak-balik buka halamannya, untungnya bahasa dari brosurnya masih bahasa inggris, dan dari salah satu brosur yang dibaca, baru deh ketahuan kalau toko alat pijat ini asalnya dari Thailand, jadi kemungkinan bahasa aneh yang keluar dari bibir orang itu adalah bahasa Thailand. Dengan muka udah mulai setengah putus asa suamiku mencoba nanya lagi.

"Awak boleh cakap malay tak?"

Lagi-lagi bahasa aneh yang keluar dari bibir orang itu....ahahah. Akhirnya suamiku nyerah deh, lalu memutuskan pamit keluar toko sambil ngedumel pelan "Busyet dah nih orang, ngomong aja ga bisa tapi PD banget maksain diri buat jualan, bikin puyeng yang beli nya aja." Haha....kontan saya ngakak dengernya. Tapi beberapa saat kemudian suamiku komentar lagi "Eh...tapi kamu harus contoh tuuh PD dan kegigihannya, bayangin dia tinggal di daerah yang bakal susah nemuin orang berbahasa seperti dia, mana dia nya sendiri juga ga bisa ngomong bahasa inggris dan bahasa malay sama sekali, tapi dia tetep yakin jualannya bakal laku, plus barang yang dijual juga bukan barang umum yang gampang laris pula, butuh PD extraordinary macam orang itu memang untuk membuat si tokonya tetap bertahan." Diomongin begitu, saya jadi diem deh. Karena jujur aja kemampuan bahasa inggris saya yang super berantakan memang sudah sukses menghancurkan PD saya selama hampir 2 tahun tinggal disini...ahaha, dan benar....tukang jualan alat pijat asal Thailand tadi memang berhasil kasih pelajaran saya soal PD pada hari itu ^_^.


Oke...kembali ke topik. Kejadian yang saya ceritakan di atas membuat saya punya kesimpulan tentang image orang Thailand yang "terlihat" gigih dan sangat percaya diri. Sebenernya dapat kesimpulan ini ga melulu gara-gara kejadian yang saya ceritakan di atas, karena di pasar atau di mall pun banyak juga orang Thailand yang jualan, tapi kejadian yang saya ceritakan di atas seolah bikin "penegasan" atas tebakan saya selama ini tentang tipikal orang Thailand pada umumnya, karena baru tukang alat pijat tadi satu-satunya orang Thailand yang pernah saya temukan yang bener-bener ga bisa ngomong bahasa inggris dan bahasa malay dengan tingkat ke PD an di atas rata-rata...haha :-P.


Dengan adanya kejadian sederhana itu, lalu saya membayangkan orang-orang gigih macam mereka membuka unit usaha di Indonesia, pasti lah mereka akan cari akal bagaimana caranya supaya usahanya sukses besar. Tanpa bermaksud mengecilkan kehebatan negara ASEAN lainnya, tapi tipikal orang Thailand seperti ini kalau tidak kita "waspadai" memang akan menggilas salon lokal yang ada.

Namun mari kita bicara kehebatan tipikal orang-orang negri kita. Dari sejak adanya semboyan visit Indonesia di tahun 90 an, sudah begitu banyak orang di berbagai negara di dunia yang rela bolak-balik ke Indonesia hanya karena rindu dengan keramahan yang dimiliki orang-orang kita, selain karena keindahan alamnya juga tentu saja. See...keramahan ternyata bisa jadi aset berharga yaa.

Lalu, apa hubungannya dengan salon? berhubungan dong, karena usaha salon itu merupakan salah satu unit usaha yang menjual jasa. Yang namanya jualan jasa, hubungan interpersonal dengan pelanggan biasanya lebih memegang peranan. Kayak kalau kita ke dokter, misalnya ada 2 orang dokter yang keduanya sama-sama hebat, tapi yang satu galak dan yang lainnya ramah, tentu si dokter ramah lah yang bakal kita pilih.


Nah...begitu juga salon. Dan orang datang ke salon itu (kemungkinan besar) lebih dominan karena alasan kepingin rileksnya dibanding karena alasan kebutuhan perawatan diri nya (kecuali buat potong rambut :-P), mengingat jaman sekarang sudah banyak dijual bebas bahan dan alat yang memungkinkan seseorang bisa "nyalon" sendiri sebenernya dirumah, tanpa harus repot-repot ke salon sekalipun udah bisa tampil cantik deh, so...pasti ada sesuatu yang "berbeda" yang orang cari sampe bela-belain datang ke salon, dan pengusaha salon lokal memang harus "ngeh" dengan kebutuhan itu. Buatlah sebuah salon yang didalamnya menawarkan keramahan, kehangatan sehingga pelanggan merasa "feeling hommy" berasa dimanja dan dibuat rileks, lalu begitu keluar salon udah cantik dan segar lahir plus batin deh :-D. Kalau semua pelanggan salon dibuat "merasa" seperti itu, dijamin deh mau ada salon Thailand dengan skala internasional berderet-deret sekalipun, salon lokal punya kita ga akan sampai kehilangan pelanggan, kalaupun salon-salon mereka tetep laris, yakin aja deh salon lokal kita pun ga akan pernah sepi, karena kita memang punya ke khasan sendiri yang diincar para pelanggan.


Jadi sama-sama laris ga pa pa kan? tokh kehidupan kadang makin berkualitas kalau ada persaingan, tanpa persaingan bikin laju usaha terasa statis. Otak kita akan "dipaksa" muter terus untuk membuat inovasi-inovasi hebat biar salon lokal kita ga akan kegilas kalau ada kompetitor, dengan terus mempertahankan aset keramahan tadi sebagai modalnya.

Nah....setelah berbicara tentang kehebatan yang ada, mari berani jujur dengan kekurangan. Kenapa saya mendahulukan berbicara tentang kehebatan, karena Indonesia udah cukup terpuruk deh dengan "hingar bingar"nya, ntar bikin desprete duluan kalau belum apa-apa udah ngomongin kekurangan :-D.

Tapi melihat dengan jujur kekurangan yang ada juga harus, karena dari kekurangan-kekurangan itu justru bisa berubah menjadi sebuah kekuatan. Kenapa saya bilang bisa menjadi sebuah kekuatan? karena lewat kekurangan kita itu lah kehebatan Allah yang akan masuk berkolaborasi dengan kelebihan yang memang sudah ada pada diri kita, dan kalau itu sudah terjadi, mau ada seribu tentara menghalangi sekalipun, ga akan kejadian deh kita bakal dibuat gagal jadi orang hebat :-D.


Mari belajar pada Beethoven seorang yang tuli tapi malah membuat dia jadi seorang pemusik handal, dan belajar pada Nick Vujicic seorang yang terlahir cacat tanpa lengan dan kaki, namun sudah sukses membuat dia menjadi seorang motivator handal yang malah sanggup memotivasi orang-orang yang bertubuh lengkap sempurna. Mereka itulah orang-orang yang sanggup melihat kekurangan dengan tulus tanpa buruk sangka secuilpun pada penciptanya, sehingga membuat kekuatan Tuhan masuk melebihi kekuatan apapun ke dalam tubuh mereka. Termasuk kekuatan bulan, api, air dan tanah sekalipun juga ga akan sanggup menghalangi (please deh....ngga lagi ngomongin avatar kaliii....hihi... :-P)

Nah...mental seperti ini masih jaraaaaaaang ada di dalam diri-diri orang-orang Indonesia (maafkan ya kalau saya mengkritik, ini karena saking saya sayang pada negeriku....mmuah...halah :-P). Tapi kalau inget pelajaran PMP jaman saya masih sekolah dulu (sekarang namanya PPKN yah?), ngga salah-salah amat sih kita-kita jadi begini, abis dulu selalu aja diomongin kita negara kaya, tanpa pernah diajarkan jujur mengkoreksi diri dan mengenal kekurangan dengan tulus. Eh giliran sekarang banyak orang-orang Indonesia yang ngomongin kekurangan negeri nya, jatuhnya malah "nyinyir" mendramatisir kekurangan yang ada, seolah-olah Indonesia tuh mending disuruh kiamat duluan aja deh saking ga ada harapan buat maju dibanding negara lain.




Huhuhu....jangan dooong....yuk belajar PD melihat kelebihan negara kita dan belajar tulus melihat kekurangannya, jadi harapan Indonesia menjadi negara yang hebat itu akan tetap ada. Mari kita sambut datangnya "Komunitas Ekonomi ASEAN tahun 2015" dengan gagah berani, insya allah justru pasar bebas yang akan membuat kita malah makin hebat, persaingan yang akan membuat hidup kita makin berkualitas, dan nanti ga cuma unit usaha salon yang jadi salah satu pilar ekonomi, tapi unit-unit usaha lainnya pun akan sama hebatnya. Aamiin.






MERDEKA !!!


#jadi terharu...hiks...halah#












Comments

Hairi Yanti said…
ynt pernah ngajak ngomong ibu-ibu. Kirain ibu-ibu itu ngobrol pakai bahasa jawa, jadi diajak ngobrol lah pakai bahasa Indonesia. Ternyata dari Thailand. Pantesan mereka ga ngerti ynt ngomong apaan :D
Leyla Hana said…
wah, keren, bisa nulis sepanjang ini :-)
semoga sukses, Teh. Dukuuuung. Btw, klo saya ga ngaruh salon thailand atau lokal, jarang ke salon :D
rena puspa said…
@yanti : hihii....emang tipe2 wajahnya sedikit mirip yaa :-D


@mba leyla : makasiiiiiiiiiihh, haduuuh....serius klo yg ngedukung mba leyla itu rasanya gimanaaaa gitu... :-D

jarang ke salon? hihi....krn kita msh punya bayi msh blm smngt nyalon yaa?? xixi
id card murah said…
terimakasih informasinya

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?