Indonesia is The True Equatorial Country
Here we go... masuk hari ke 3 tantangan 10 hari nge blog tentang ASEAN. Dan tema yang diberikan admin hari ini adalah tentang Branding Nation, bunyi lengkap tema nya sebagai berikut : "Indonesia
kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih
berhasil mem-branding “Truly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok
untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok
untuk Indonesia di kawasan ASEAN".
Baca selintas temanya, saya nilai cukup "sensitif" karena itu artinya akan memaksa saya "nyemplung" ke beberapa area pembicaraaan "sensitif" dimana banyak konflik yang terjadi antara Indonesia-Malaysia bermula. Sementara saya sendiri sekarang sedang tinggal di Malaysia, namun hati saya pengen banget belain Indonesia tanpa harus menjelek-jelekkan negara tempat saya tinggal sekarang....huaaa....kebayang ngga sih perasaannya kayak apa....#ambil tissue ngelap keringet plus airmata saking stressnya....lebaayyyyy :-P#.
Tapi mendadak saya ingat tujuan dari event 10 hari nge blog tentang ASEAN ini, yaitu untuk menggalang kekuatan para blogger membantu pemerintah dari masing-masing negara ASEAN agar semua menjadi bersatu, sehingga Komunitas ASEAN 2015 nanti bisa sukses berjalan. Wiiiih....langsung kembang kempis nih hidung, karena mendadak saya berkhayal saat ini saya sedang duduk bareng bersama Pa SBY (presiden Indonesia) dengan Tuan Najib Tun Razak (perdana mentri Malaysia), dimana saya lah yang menjadi mediator antara kedua negara...#ehem...langsung buang tissue terus ambil bedak poles-poles pipi biar nih muka ga kumel-kumel amat, terus "dadah-dadah" sama wartawan kali aja ada yang meliput sambil teriak "mamaaaaa aku masuk tiviii loooohh"...haha drama sekaleeee :-P# .
Stop drama nya, mari kembali fokus ke tema :-D.
Ketika kita membicarakan Malaysia dengan jargon "Truly Asia" nya sebagai brand sektor pariwisata yang cukup sukses, mau tidak mau menggiring kita sejenak untuk mengingat "perang dingin" antara Indonesia-Malaysia yang "kabarnya" terjadi dari dulu sampai sekarang. Dan jargon "Truly Asia" nya ini juga jadi salah satu pemicu konflik, karena dari sektor pariwisata beberapa icon budaya dimana bangsa Indonesia merasa itu "khas"nya negara kita, namun mendadak dipatenkan oleh Malaysia sebagai icon budaya mereka. Sebut saja wayang kulit, keris, batik, tari tor-tor, lagu Rasa Sayange yang katanya sempat membuat ribut karena Malaysia mengklaim semua itu menjadi budaya negara nya.
Tanpa bermaksud membiarkan kesalahan yang ada pada kedua negara baik itu Indonesia atau Malaysia, namun ijinkanlah dalam tulisan ini saya membahas sisi lainnya saja, yaitu kebaikannya. Cari aman?? bukan !! Tapi karena saya ini hanya ibu rumah tangga biasa yang sudah cukup capek, ngurusin rumah, belanja, anter jemput anak sekolah, masak, belum ditambah anak saya yang kelas 6 minggu depan mau ujian, kasian dong otak saya nanti meletus kalau harus bahas hal-hal "panas" yang nambah bikin "panas" suasana hati...hiks ...#mendadak ngebayangin Pa SBY ama Pa Najib bengong, karena mediatornya kenapa mendadak jadi curhat begini ahaha :-P#. Lagipula ga ada rugi nya kok mengenal sisi baik dari negara ini, yah...minimal ketika kita ingin mengkoreksi kesalahan mereka, hati kita tetap terjaga baik, sehingga cara kita mengkoreksi menjadi terlihat elegan...betul kan?!.
Jujur saja ketika saya pertama kali menjejakkan kaki di negeri Malaysia ini, saya pun membawa sinisme yang sama seperti kebanyakan ada di kepala orang-orang Indonesia di tanah air saat ini, yaitu pengen membuktikan diri bahwa Indonesia tuh negara yang hebat dan ga layak sama sekali diinjak-injak oleh negara Malaysia.....seettt. Walaupun niat itu harus hancur berkeping-keping karena kemampuan bahasa inggris saya yang kacau balau, ditambah bahasa malay yang masih dalam perjuangan buat lancar hahaha, jadi jangankan mau menunjukkan prestasi yang gimanaaaaaa, ngomong aja sering ga nyambung, dan paling kesel kalau udah "ngos2an" maksain ngomong malay, eh langsung dipotong ama mereka dengan komentar pendek "kaka orang indon yah? " kenapa kesel, karena istilah orang indon kok kesannya kayak TKI ilegal yang suka dikejar-kejar petugas imigrasi sini. Oh...mereka yang ngomong begitu? bukan, saya aja yang sensi duluan ngerasa begitu, biasalah orang minder emang suka jadi gampang tersinggung wkwkwk ....huaa...huaa...hua...#ketawa campur nangis sekaligus :-P :-P#.
Namun rasa sinisme saya mendadak luruh sedikit demi sedikit, karena dari beberapa kali interaksi dengan orang Malay, (seringnya) perlakuan baik yang saya terima, dan dari berbagai pembicaraan malah mereka seolah ngga peduli sama sekali dengan isyu ribut-ribut Indonesia-Malaysia yang gencar di media-media. Lalu mereka begitu karena sedang berbasa-basi hanya karena saya orang Indonesia? hmm...ketahuilah rata-rata penduduk Malay yang tinggal disini adalah keturunan Sumatra dan Kalimantan yang biasa bicara apa adanya, beda jauh dengan orang Jawa dan Sunda yang super jago basa basi nya sampe hati mereka ngedumel sekalipun tetep di wajahnya sih ngga kelihatan sama sekali #eh#.
Oh..jadi hampir semua orang Malay yang saya temui sebaik itu kah??. Well...ya ga segitunya juga, karena orang nyebelinnya juga ada lah, di belahan bumi manapun orang-orang nyebelin akan selalu ada lah untuk meramaikan dunia...wkwk. Tapi prosentase orang baik yang saya temui (untungnya) masih jauh lebih banyak :-).
Saya teringat saat menghadapi proses kelahiran anak saya yang ke 3. Saat itu saya ditemani seorang dokter Malaysia, dari proses konsultasi sampai saya melahirkan dia begitu sabar menangani saya. Namun lagi-lagi komunikasi terhambat karena kemampuan berbahasa saya...hiks. Lucunya karena saat dia bicara bahasa Malay saya ngga ngerti, dan ketika dia mengharapkan saya berbahasa inggris saya gagap, lalu kami memutuskan bahwa saya tetap berbahasa indonesia dan dia membalas dengan bahasa inggris dan baru deh akhirnya kita bisa nyambung ahaha. Ketahuilah sinetron indonesia disini begitu digemari, jadi banyak orang Malay yang paham bahasa Indonesia, walau belum lancar berbahasa indonesia aktif. Oh..ya...walau saya sering kelihatan tampak bodoh di depan dokter itu gara-gara saya minder ga bisa ngomong, eh tapi sang dokter ngga langsung menyepelekan saya, tetep biasa aja tuh, ah...pokoknya sikap dokter itu bener-bener bikin saya merasa nyaman deh.
Selain interaksi dengan dokter, saya juga kenalan dengan beberapa orang tua murid warga Malay yang sekelas dengan anak saya. Dan saat menunggu anak pulang sekolah, kadang kami suka mengobrol. Walau separoh ngga ngerti karena bahasa Malay yang masih asli banget memang kosakata nya beda jauh dengan bahasa Indonesia, tapi saya bisa menangkap beberapa pesan deh dari cerita-cerita dia. Betapa mereka menganggap orang-orang Indonesia itu leluhur mereka, karena asal kampung mereka memang kebanyakan dari Sumatra dan Kalimantan. Dan icon-icon budaya yang di media di sebut dicuri oleh orang Malaysia malah dengan ringan diceritakan si orang tua murid itu sebagai budaya mereka yang sudah dilakukan sehari-hari yang dibawa dari leluhurnya di tanah Sumatra atau Kalimantan. Lalu apakah gaya ngomongnya seperti ingin menunjukkan pada saya kalau mereka lebih hebat dari saya karena icon-icon budaya itu? oh..ngga ada sama sekali, malah yang kerasa sama saya, mereka melihat saya itu seperti melihat leluhurnya yang berasal dari tanah Sumatra dan Kalimantan, jadi mereka menghargai saya banget, dan dengan lugu nya mereka bilang budaya kami dua bangsa ternyata banyak sama nya yaa, ga pake gaya sinis atau sombong. Jadi ketika saya pengen nyombongin sesuatu yang saya punya dari negara saya mendadak "ilfil" duluan deh, karena melihat mereka yang ternyata ga punya pikiran "buruk" secuilpun tentang negara saya.
Dan ketika suami saya berhasil mendapatkan tukang bekam langganan yang mau dipanggil ke rumah, saya jadi punya informasi baru, bahwa ilmu bekam yang ada disini justru didapat dari orang-orang Indonesia, lagi-lagi dengan lugunya dia bilang, orang-orang Indonesia itu guru-gurunya, dan teknologi bekam masih lebih bagus di Indonesia. Dan ucapan orang itu tidak mengada-ada karena disini nyari tukang bekam tuh susah banget, sekalinya ada juga harus bikin janji nya jauh-jauh hari, itupun penggunaan alat-alatnya masih ngga lengkap, proses sterilisasinya juga masih belum se bersih tukang-tukang bekam dulu saat saya masih di Indonesia.
Dari rangkaian cerita di atas, mendadak membuat saya berpikir...duh..bisa jadi perseteruan yang selama ini terjadi sebenernya lebih karena kita minder sendiri atas kehebatan negara Malaysia yang notabene nya jaman dulu nya malah di bawah Indonesia, dan pada masa lalu pernah ada peristiwa dimana negara Malaysia mengirimkan banyak generasi muda nya khusus ke Indonesia untuk kuliah di Indonesia. Eh...dilalah kenapa sekarang mereka malah maju pesat. Ketahuilah peristiwa banyaknya generasi muda Malaysia yang mencari ilmu di Indonesia menjadi sebuah momen yang berkesan di hati mereka. Serius....mereka nganggep kita itu lebih dari biasa di dalam hatinya, karena mereka "merasa" jadi maju seperti sekarang ini karena ada jasa orang Indonesia di dalamnya, dan sebagian warga Malay yang saya kenal mengakui itu, so sweet banget kan?? :-).
Tipikal orang-orang Malay itu lugu, sederhana, dan apa adanya. Kalau pun mereka belajar banyak hal-hal baik dari Indonesia, bukan karena mereka ingin "nantinya" harus lebih hebat dari bangsa Indonesia, tapi justru lebih karena melihat hal-hal baik yang ada pada diri orang-orang Indonesia itu mereka anggap akan bermanfaat untuk kebaikan dirinya. Jadi hal-hal baik yang sepele-sepele sekalipun yang datang dari orang-orang Indonesia langsung mereka adopsi dengan penuh semangat, karena mereka beranggapan pasti akan membuat mereka lebih baik. Serius...mereka ga mikir sejelek kebanyakan bangsa kita berpikiran jelek kepada mereka.
Duh...mungkin itu kali yaa yang membuat mereka terus melaju melebihi negeri kita, karena mereka ga terlalu fokus dengan gimana caranya biar Malaysia lebih keren dari Indonesia sebagai efek perseteruan yang ada antara Indonesia-Malaysia. Justru yang mereka pikirin hanya gimana caranya semua kebaikan-kebaikan yang mereka miliki walaupun mungkin sedikit bisa terus membuat mereka menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kalaupun (mungkin) pemerintah Malaysia punya keinginan bersaing dengan Indonesia, tapi jiwa-jiwa yang mendominasi pada warganya justru tidak seperti itu. Ah...entahlah perseteruan itu sebenarnya milik siapa, kadang dunia politik terlalu kotor dan mengacaukan nilai-nilai murni yang ada :-(((.
Oke....,sekian sekilas cerita tentang tipikal orang Malay. So...mari kita kembali lagi ke tema. Mengapa Malaysia seolah lebih sukses membuat brand image tentang dirinya, padahal negara Indonesia jauh memiliki lebih banyak potensi yang bisa dijadikan modal sebagai brand image. Berdasarkan penuturan saya di atas, sekarang menjadi jelas penyebabnya. Yup...karena negara kita terlalu sibuk fokusnya pada isyu perseteruan itu, kalaupun ada keinginan pengen maju, lebih karena dendam sama negara Malaysia, akhirnya energi kita malah habis, dan kemampuan kita memaksimalkan potensi-potensi baik yang kita miliki seolah lenyap. Dan semua modal besar yang kita miliki seolah bertebaran begitu saja tidak terkelola dengan optimal.
Namun kita juga jangan terlalu menyalahkan pemerintah negara kita, karena jumlah penduduk yang besar ditambah dengan tipe negara kita negara kepulauan yang tersebar di berbagai wilayah, memang mau tidak mau membuat pemerintah kita memang harus ekstra kerja keras mengoptimalkan semua kelebihan itu, dan itu bukan sebuah pekerjaan mudah. Adapun kenapa Malaysia lebih bagus, karena negara mereka lebih kecil, dan penduduknya lebih sedikit, sehingga pengelolaannya pun akan lebih mudah.
Eh...tapi kalau cuma bikin tagline alias brand dimana dengan tagline tersebut orang yang membaca dan mendengar langsung ingat dengan negara kita, sebenarnya kita boleh menyimpan dulu urusan pengelolaan, perseteruan dan tetek bengeknya yang bikin pusing kepala. Yuk...kita lihat keunikan negara kita, kalaupun dalam berbagai hal begitu banyak kesamaan yang dimiliki negara kita dengan negara anggota-anggota ASEAN lainnya termasuk Malaysia, sssttss....sebenernya kita punya satu yang sama sekali ngga dimiliki mereka semua loh. Apakah itu ???
Masih inget ga dengan sebutan dimana Indonesia itu negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa? Nah...setelah saya googling, wiiih....ternyata dari 14 negara di seluruh dunia yang dilewati garis khatulistiwa, memang hanya Indonesia satu-satunya negara ASEAN yang mewakilinya. Dan dari 28 titik koordinat yang dilewati ke 14 negara tersebut, sebaran titik koordinat terbanyak dimiliki oleh Indonesia, yaitu sebanyak 9 koordinat. Untuk lebih jelasnya lihat disini ( http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwa).
Dilihat dari gambar di atas, jelas kan kelihatan memang hanya Indonesia satu-satunya negara dari ke 10 negara ASEAN yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Jadi garis khatulistiwa ini memang bisa kita jadikan sebagai brand image untuk negara kita. Ingat khatulistiwa, ingat Indonesia, seperti hal nya orang mengingat bunga Tulip yang terbayang langsung negara Belanda, atau bunga sakura yang teringat negara Jepang, kemudian Singapore dengan patung Merlionnya, Paris dengan Menara Eiffelnya.
Nah...nanti dari "kata" garis khatulistiwa ini kita bisa bercerita tentang banyak hal, bisa tentang hutannya, budaya nya yang bermacam-macam, keaneka ragaman hewan dan tumbuhannya dan masih banyak lagi. Karena memang gara-gara letaknya yang dilewati oleh garis khatulistiwa inilah membuat Indonesia kaya akan keanekaragamannya.
Dan saya pikir tagline "Indonesia is The True Equatorial Country" cukup bisa menjadi jargon yang lumayan menjual :-). Yuk...mari mulai sekarang kita lebih semangat lagi promokan hal ini ke semua orang.
Oh..jadi hampir semua orang Malay yang saya temui sebaik itu kah??. Well...ya ga segitunya juga, karena orang nyebelinnya juga ada lah, di belahan bumi manapun orang-orang nyebelin akan selalu ada lah untuk meramaikan dunia...wkwk. Tapi prosentase orang baik yang saya temui (untungnya) masih jauh lebih banyak :-).
Saya teringat saat menghadapi proses kelahiran anak saya yang ke 3. Saat itu saya ditemani seorang dokter Malaysia, dari proses konsultasi sampai saya melahirkan dia begitu sabar menangani saya. Namun lagi-lagi komunikasi terhambat karena kemampuan berbahasa saya...hiks. Lucunya karena saat dia bicara bahasa Malay saya ngga ngerti, dan ketika dia mengharapkan saya berbahasa inggris saya gagap, lalu kami memutuskan bahwa saya tetap berbahasa indonesia dan dia membalas dengan bahasa inggris dan baru deh akhirnya kita bisa nyambung ahaha. Ketahuilah sinetron indonesia disini begitu digemari, jadi banyak orang Malay yang paham bahasa Indonesia, walau belum lancar berbahasa indonesia aktif. Oh..ya...walau saya sering kelihatan tampak bodoh di depan dokter itu gara-gara saya minder ga bisa ngomong, eh tapi sang dokter ngga langsung menyepelekan saya, tetep biasa aja tuh, ah...pokoknya sikap dokter itu bener-bener bikin saya merasa nyaman deh.
Selain interaksi dengan dokter, saya juga kenalan dengan beberapa orang tua murid warga Malay yang sekelas dengan anak saya. Dan saat menunggu anak pulang sekolah, kadang kami suka mengobrol. Walau separoh ngga ngerti karena bahasa Malay yang masih asli banget memang kosakata nya beda jauh dengan bahasa Indonesia, tapi saya bisa menangkap beberapa pesan deh dari cerita-cerita dia. Betapa mereka menganggap orang-orang Indonesia itu leluhur mereka, karena asal kampung mereka memang kebanyakan dari Sumatra dan Kalimantan. Dan icon-icon budaya yang di media di sebut dicuri oleh orang Malaysia malah dengan ringan diceritakan si orang tua murid itu sebagai budaya mereka yang sudah dilakukan sehari-hari yang dibawa dari leluhurnya di tanah Sumatra atau Kalimantan. Lalu apakah gaya ngomongnya seperti ingin menunjukkan pada saya kalau mereka lebih hebat dari saya karena icon-icon budaya itu? oh..ngga ada sama sekali, malah yang kerasa sama saya, mereka melihat saya itu seperti melihat leluhurnya yang berasal dari tanah Sumatra dan Kalimantan, jadi mereka menghargai saya banget, dan dengan lugu nya mereka bilang budaya kami dua bangsa ternyata banyak sama nya yaa, ga pake gaya sinis atau sombong. Jadi ketika saya pengen nyombongin sesuatu yang saya punya dari negara saya mendadak "ilfil" duluan deh, karena melihat mereka yang ternyata ga punya pikiran "buruk" secuilpun tentang negara saya.
Dan ketika suami saya berhasil mendapatkan tukang bekam langganan yang mau dipanggil ke rumah, saya jadi punya informasi baru, bahwa ilmu bekam yang ada disini justru didapat dari orang-orang Indonesia, lagi-lagi dengan lugunya dia bilang, orang-orang Indonesia itu guru-gurunya, dan teknologi bekam masih lebih bagus di Indonesia. Dan ucapan orang itu tidak mengada-ada karena disini nyari tukang bekam tuh susah banget, sekalinya ada juga harus bikin janji nya jauh-jauh hari, itupun penggunaan alat-alatnya masih ngga lengkap, proses sterilisasinya juga masih belum se bersih tukang-tukang bekam dulu saat saya masih di Indonesia.
Dari rangkaian cerita di atas, mendadak membuat saya berpikir...duh..bisa jadi perseteruan yang selama ini terjadi sebenernya lebih karena kita minder sendiri atas kehebatan negara Malaysia yang notabene nya jaman dulu nya malah di bawah Indonesia, dan pada masa lalu pernah ada peristiwa dimana negara Malaysia mengirimkan banyak generasi muda nya khusus ke Indonesia untuk kuliah di Indonesia. Eh...dilalah kenapa sekarang mereka malah maju pesat. Ketahuilah peristiwa banyaknya generasi muda Malaysia yang mencari ilmu di Indonesia menjadi sebuah momen yang berkesan di hati mereka. Serius....mereka nganggep kita itu lebih dari biasa di dalam hatinya, karena mereka "merasa" jadi maju seperti sekarang ini karena ada jasa orang Indonesia di dalamnya, dan sebagian warga Malay yang saya kenal mengakui itu, so sweet banget kan?? :-).
Tipikal orang-orang Malay itu lugu, sederhana, dan apa adanya. Kalau pun mereka belajar banyak hal-hal baik dari Indonesia, bukan karena mereka ingin "nantinya" harus lebih hebat dari bangsa Indonesia, tapi justru lebih karena melihat hal-hal baik yang ada pada diri orang-orang Indonesia itu mereka anggap akan bermanfaat untuk kebaikan dirinya. Jadi hal-hal baik yang sepele-sepele sekalipun yang datang dari orang-orang Indonesia langsung mereka adopsi dengan penuh semangat, karena mereka beranggapan pasti akan membuat mereka lebih baik. Serius...mereka ga mikir sejelek kebanyakan bangsa kita berpikiran jelek kepada mereka.
Duh...mungkin itu kali yaa yang membuat mereka terus melaju melebihi negeri kita, karena mereka ga terlalu fokus dengan gimana caranya biar Malaysia lebih keren dari Indonesia sebagai efek perseteruan yang ada antara Indonesia-Malaysia. Justru yang mereka pikirin hanya gimana caranya semua kebaikan-kebaikan yang mereka miliki walaupun mungkin sedikit bisa terus membuat mereka menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kalaupun (mungkin) pemerintah Malaysia punya keinginan bersaing dengan Indonesia, tapi jiwa-jiwa yang mendominasi pada warganya justru tidak seperti itu. Ah...entahlah perseteruan itu sebenarnya milik siapa, kadang dunia politik terlalu kotor dan mengacaukan nilai-nilai murni yang ada :-(((.
Oke....,sekian sekilas cerita tentang tipikal orang Malay. So...mari kita kembali lagi ke tema. Mengapa Malaysia seolah lebih sukses membuat brand image tentang dirinya, padahal negara Indonesia jauh memiliki lebih banyak potensi yang bisa dijadikan modal sebagai brand image. Berdasarkan penuturan saya di atas, sekarang menjadi jelas penyebabnya. Yup...karena negara kita terlalu sibuk fokusnya pada isyu perseteruan itu, kalaupun ada keinginan pengen maju, lebih karena dendam sama negara Malaysia, akhirnya energi kita malah habis, dan kemampuan kita memaksimalkan potensi-potensi baik yang kita miliki seolah lenyap. Dan semua modal besar yang kita miliki seolah bertebaran begitu saja tidak terkelola dengan optimal.
Namun kita juga jangan terlalu menyalahkan pemerintah negara kita, karena jumlah penduduk yang besar ditambah dengan tipe negara kita negara kepulauan yang tersebar di berbagai wilayah, memang mau tidak mau membuat pemerintah kita memang harus ekstra kerja keras mengoptimalkan semua kelebihan itu, dan itu bukan sebuah pekerjaan mudah. Adapun kenapa Malaysia lebih bagus, karena negara mereka lebih kecil, dan penduduknya lebih sedikit, sehingga pengelolaannya pun akan lebih mudah.
Eh...tapi kalau cuma bikin tagline alias brand dimana dengan tagline tersebut orang yang membaca dan mendengar langsung ingat dengan negara kita, sebenarnya kita boleh menyimpan dulu urusan pengelolaan, perseteruan dan tetek bengeknya yang bikin pusing kepala. Yuk...kita lihat keunikan negara kita, kalaupun dalam berbagai hal begitu banyak kesamaan yang dimiliki negara kita dengan negara anggota-anggota ASEAN lainnya termasuk Malaysia, sssttss....sebenernya kita punya satu yang sama sekali ngga dimiliki mereka semua loh. Apakah itu ???
Masih inget ga dengan sebutan dimana Indonesia itu negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa? Nah...setelah saya googling, wiiih....ternyata dari 14 negara di seluruh dunia yang dilewati garis khatulistiwa, memang hanya Indonesia satu-satunya negara ASEAN yang mewakilinya. Dan dari 28 titik koordinat yang dilewati ke 14 negara tersebut, sebaran titik koordinat terbanyak dimiliki oleh Indonesia, yaitu sebanyak 9 koordinat. Untuk lebih jelasnya lihat disini ( http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwa).
Garis merah menunjukkan garis khatulistiwa, sumber wikipedia |
Dilihat dari gambar di atas, jelas kan kelihatan memang hanya Indonesia satu-satunya negara dari ke 10 negara ASEAN yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Jadi garis khatulistiwa ini memang bisa kita jadikan sebagai brand image untuk negara kita. Ingat khatulistiwa, ingat Indonesia, seperti hal nya orang mengingat bunga Tulip yang terbayang langsung negara Belanda, atau bunga sakura yang teringat negara Jepang, kemudian Singapore dengan patung Merlionnya, Paris dengan Menara Eiffelnya.
Nah...nanti dari "kata" garis khatulistiwa ini kita bisa bercerita tentang banyak hal, bisa tentang hutannya, budaya nya yang bermacam-macam, keaneka ragaman hewan dan tumbuhannya dan masih banyak lagi. Karena memang gara-gara letaknya yang dilewati oleh garis khatulistiwa inilah membuat Indonesia kaya akan keanekaragamannya.
Dan saya pikir tagline "Indonesia is The True Equatorial Country" cukup bisa menjadi jargon yang lumayan menjual :-). Yuk...mari mulai sekarang kita lebih semangat lagi promokan hal ini ke semua orang.
Comments