Daun yang Tak Pernah Membenci Angin

Beberapa hari belakangan, saya mendadak rajin nengokkin fanpage nya tere liye. Selain status-statusnya yang seru, juga banyak note-note nya yang kebanyakan menuliskan potongan dari beberapa novel-novel dia.

Dari sekian note nya, ada yang isi nya resume tentang novel yang judul nya "Daun yang tak pernah membenci angin". Baru baca judulnya aja merasa sudah gimanaaa gitu deh. Ditambah dicuplik sedikit potongan isi nya, bikin makin penasaran aja ama novel itu, kalau saya lagi di indonesia mungkin udah kabur deh ke gramedia berburu novelnya.

Hmm....iyah yaa....daun yang lagi asyik-asyik nempel di pohon, pernah jadi bagian sebuah pohon, tumbuh segar dan menjadi bagian paling penting dari sebuah pohon karena proses pembentukan makanan justru berpusat di daun via proses fotosintesa, eh....ketika dia layu, menguning, kemudian akhirnya angin datang dan membuatnya dia lepas begitu saja dari dahan. Si daun ga pernah protes, ga pernah merasa "post power syndrome" karena dia yang asal nya menjadi bagian paling penting dari sebuah pohon, eh begitu angin datang, posisi penting dia hilang. Dia ikhlas dibawa kemana aja sama si angin.

Andai bisa bercermin pada ikhlas nya daun ya....selalu ikhlas dibawa oleh takdir, indah kayaknya hidup ini.

Tetotttt.....ngelamunnya udahan ah....hahaha

Bukan ngelamun ah, tapi kontempelasi (bahasa kerennya bengong wkwk)

Eung....mendadak kangen banget sama masa-masa dimana keinginan menulis dan membaca bener-bener gila-gilaan, seru yaa....ketika kebutuhan untuk terus belajar ternyata tersalurkan sempurna.

Kapan yaaa....datang momen itu lagi......kangen ih.

Comments

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?