Jeda

-
*nulis dalam rangka ngilangin ngantuk, makannya judulnya dikasih nama jeda*

Malam ini, tepatnya tanggal 23 ramadhan (kalau menurut kalender hijriah, begitu teng azan maghrib kan emang udah ganti hari yah, tapi kalau kalender kita nya kadang abis sahur baru dihitung hari baru nya).

Masih tersisa 7 hari ke depan yah untuk mengisi yang namanya lailatul qodar.

Ah....10 hari yang sangat eksklusif menurut sayah mah, asa terlalu gimanaaaa gitu, sampe di hati teh suka ga berani berharap saya bisa ikutan meramaikan. Heu....harus nya mah jangan gitu yaa.... secara apa-apa yang terbersit di hati, bisa jadi malah berubah menjadi doa yang terkabul. Hoho....yah...asa saya ini teh terlalu kacrut buat jadi orang yang dipilih Allah (memperkenalkan diri Nya).

Saya sebut memperkenalkan diri, karena inti dari lailatul qodar kan mencari cinta Allah, bukan mencari berkah-berkah duniawi (semisal : pengen kaya, pengen pinter, pengen gaya, pengen eksis dll nyah). Lagian kalau udah dicintai Allah mah rasanya "kilauan" dunia se memikat apapun tampak datar weh, karena "kilauan" nya masih kalah deh kebanting ama daya magnet rasa "damai" indahnya di cintai oleh Nya, walau tentu saja "atribut2" dunia itu penting juga dalam rangka kiprah menjadi hamba Nya yang the best, tapi eta mah bakal otomatis ngikutin yah kalau tujuan akhir hidup kita udah jauuuuuuh lebih jelas.

Ehem....ehem...


Kembali ke hal soal meramaikan 10 malam terakhir, saya ga berani berharap bisa ikut ngeramein, sebenernya alesannya simpel ajah, soalnya tiap malam yasmin justru pas jam nya on teruuuuss ngajak begadang, jadi boro-boro saya mau ikutan shalat n tilawah tanpa henti, karena tiap malam saya malah sibuk menghentikan tangis dia juga tanpa henti hahaha. Makannya pas malem ini meni nyalse, bisa shalat dan tilawah dengan kondisi  (cenderung) khusyu, duuuh....subhanallah....berkaaaaaah pisaaaan....hihihi. Jadi ga terlalu ngoyo dengan malam ganjil genap nya saya mah, yg penting mah pas yasmin ga rewel, itu saatnya saya bisa tilawah dan sholat lebih "special", segini aja meni asa udah berkah ah buat saya mah.


Hayu ah.....lanjut deui tilawahnya

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

-
Introduction  Alfred Adler grew up in Vienna family of 6 boys and 2 girls His early childhood was not happy, because sickly and at age 4 almost died of pneumonia He developed a trusting relationship with his father, but did not feel very close to his mother He was extremely jealous with his brother, Sigmund Freud Adler's early childhood experiences had an impact on the formation of his theory, Adler is an example of a person who shaped his own life as opposed to having it determined by fate. His teacher advised his father to prepare Adler as a shoemaker, not much else. Adler had a passionate concern for the common person and was outspoken about child-rearing resulted in conflict Understanding Human Nature was the first major psychology book to sell hundreds of thousands of copies in the United States Adler was a pioneer of the psychodynamic therapy Key Concepts His theory starts with a consideration of inferiority feelings, which he saw as a normal condition of all
Read more

Review "Out of The Truck Box"

-
Image
Judul                    : Out of The Truck Box Penulis                 : Iqbal Aji Daryono Jumlah Halaman  : 308 Halaman Penerbit                : Giga Pustaka Tahun Terbit         : 2015 ISBN                    : 978-602-14016-0-6 Sebenernya ini bukan resensi yang ngikut aturan resensi buku pada umumnya, mungkin kebawa buku yang mau diresensiin nya juga kali ya, resensi ini mau "out of the box" jugak aaah, suka-suka saya weh gayanya wkwkwk, lagi pengen nulis yang ga pake aturan baku qiqiqi :-P. ****** Jujur aja.... tertarik sama buku ini karena testimoni buku ini seliweran hampir tiap hari di timeline, dan akun fesbuk sang penulis selalu ramai dikerubungin banyak orang, disamping itu saya juga lumayan ngikutin postingan status fesbuknya yang super ramai itu, walau juaraaang banget kasih jempol apalagi nulis komen xixixi, maap... bukan somse, tapi bagi saya para seleb fesbuk mungkin ga akan terlalu ngarep jempol atau komen dari saya, la wong udah rame kayak
Read more

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?

-
Beberapa kali saya pernah mendapat inbox dari sesama wanita yang curhat soal KDRT yang dilakukan oleh pasangannya terhadap dirinya, baik itu secara  fisik atau mental, dan mereka lalu bertekad ingin memiliki bisnis sampingan agar dapat mandiri secara financial, dengan keyakinan bahwa itulah salah satu solusi membebaskan diri dari KDRT yang menimpa dirinya. Lalu benarkah itu bisa jadi solusi ? Sementara pada kasus lain saya pernah melihat seorang wanita yang sangat mandiri secara financial namun nyatanya tetap saja tidak bisa membebaskan diri dari kondisi KDRT yang terjadi pada dirinya, malah yang terjadi bahkan lebih parah dari sebelum saat dirinya belum mandiri secara financial... heu heu.  Heu... ekstrim banget ya saya ngomongnya langsung kasus KDRT, bukan apa-apa, karena sebagian wanita yang menginginkan kemandirian secara financial motivasi awalnya karena merasa diri "terkungkung", dari yang hanya karena bosan dengan rutinitas sebagai ibu rumah tang
Read more