Dialog dengan hati (2)


وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِي

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata- kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(Al-Araf, 172)

Again....pas lagi tilawah, mendadak tertegun sama ayat di atas, sebenernya nih ayat udah sangat familiar yaah, terutama jaman-jaman SMA n kuliah dulu, ketika saya masih mengalami masa-masa eforia mengenal islam.  Tapi....pas dibaca ramadhan ini, entah kenapa bener-bener berasa daleeeemmmm pisaaan.

Subhanallah.....ternyata hati ini emang milik Allah semata yaa, ketika kondisi hati udah jauh banget dari fitrahnya, eh...dia tetep ingin kembali ke asal nya semula, yaitu yang awalnya dulu pernah berjanji bahwa hanya ada Allah itu Tuhan dalam kehidupan, bukan suami, bukan anak, bukan hobi, bukan sahabat tersayang, dan masih banyak lagi Tuhan-tuhan lainnya.

Seperti hal nya mahluk ciptaan Allah yang lain, yang selalu ingin berada dalam fitrahnya, hati juga begitu, karena hati yang sesuai fitrah, sesungguhnya mampu memerdekakan lelah nya jiwa dari keterikatan apapun yang ada di dunia ini.

Barakallah.....wahai hatiku yang suci, kembali lah kepada pemilik Mu yang sejati, maafkan sudah membuatmu lelah karena ikatan hawa nafsu yang tidak pernah ada habisnya.


 

Comments

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?