Singapura - Malaysia, Hello...Be Wise Please !

Baca tema tantangan nge blog hari ke 7 ini huff.....makin luar biasa....ahaha, tapi....masih semangat untuk terus mencoba. Oke...temanya untuk hari ini adalah : 


Mari kita berjalan-jalan ke : Singapura dan Problematikanya.
Tahun 2015 diharapkan ASEAN menjadi satu komunitas tunggal, yang merangkul seluruh negara di ASEAN. Namun di antara anggota ASEAN, ada juga yang memiliki sengketa antar negara, terutama terkait dengan perbatasan antar negara. Seperti yang terjadi dengan Singapura dan Malaysia.

Singapura mempunyai sengketa perbatasan dengan Malaysia pada pulau di pintu masuk Selat Singapura sebelah timur. Ada tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca atau oleh masyarakat Malaysia dikenal sebagai Pulau Batu Puteh, Batuan Tengah dan Karang Selatan. Persengketaan yang dimulai tahun 1979, sebenarnya sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008, dengan menyerahkan Pulau Pedra Branca kepada pemerintahan Singapura. Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyrakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat.
Bagaimana menurut teman-teman blogger penyelesaian konflik ini terkait dengan Komunitas ASEAN 2015?  
 
Pulau Batu Puteh, Middle Rock, Karang Selatan
Beruntung saya diberi kesempatan tinggal di Malaysia, karena negara ini terletak berdekatan dengan 2 negara ASEAN lainnya yaitu Singapura dan Thailand,  sehingga untuk menjangkaunya pun tidak diperlukan biaya banyak karena dapat dijangkau dengan jalan darat, jadi saya punya kesempatan mengujungi kedua negara tersebut cukup dengan menggunakan mobil saja. Walau sampai saat ini baru Singapura yang sempat saya kunjungi karena waktu tempuh yang dibutuhkan untuk menjangkau negara itu masih lebih cepat yaitu sekitar 4-5 jam saja dibanding ke Thailand yang memakan waktu tempuh sampai 12 jam. Kebetulan anak saya yang ketiga masih bayi, jadi saya pun mengurungkan niat dulu untuk pergi kesana sampai umurnya cukup, mengingat waktu tempuhnya cukup lama, pasti akan membuat dia ngga nyaman kalau harus bepergian sangat jauh. Namun mengunjungi negara Thailand sudah masuk dalam jadwal trip yang wajib dilakukan, mumpung masih di Malaysia....kapan lagi... hehe. Kenapa ngga pake pesawat aja biar ngga capek? ah...justru enak jalan darat aja, biar lebih berasa aura petualangannya....hoho.

 Oke...kembali ke tema :-)

Saat dulu saya melakukan perjalanan ke Singapura, rasanya tidak mendapatkan hambatan yang berarti ketika harus melewati wilayah perbatasan antara negara Malaysia (kota Johor) dengan Singapura, walaupun kadang memakan waktu lama, sebenarnya lebih karena masalah teknis, bukan karena petugas imigrasi sengaja mempersulit. Hari-hari libur panjang biasanya yang membuat pemeriksaan di wilayah perbatasan memakan waktu lebih lama, karena padatnya traffic akibat banyak orang-orang yang ingin berlibur, entah warga Singapura yang ingin berlibur ke Malaysia, atau warga Malaysia yang ingin berlibur ke Singapura. 
 
Sebagai orang awam, melihat harmonisnya warga yang hidup di wilayah perbatasan itu, bahkan banyak orang-orang Johor yang bekerja di Singapura, namun tetap tinggal di Johor, saya sungguh tidak mengira kalau dua negara itu ternyata sedang terlibat sengketa cukup lama, bahkan hingga memakan waktu 28 tahun, hanya gara-gara urusan perebutan wilayah Batu Puteh (sumber detiknews 24/05/2008). Sebenarnya tidak hanya Batu Puteh yang menjadi sengketa, seperti yang sudah dipaparkan dalam tema masih ada 2 pulau lagi yaitu (Batuan Tengah dan Karang Selatan), namun yang sudah ditentukan keputusannya baru Batu Puteh, yang lainnya masih belum jelas.

Untuk memberi gambaran sedikit apa sebenarnya yang terjadi, mari kita simak penjelasan singkat dari wikipedia.
Sengketa Pedra Branca adalah persengketaan wilayah antara Singapura dan Malaysia terhadap pulau yang terletak di pintu masuk [Selat Singapura sebelah timur. Terdapat tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca (disebut Pulau Batu Puteh oleh Malaysia), Batuan Tengah dan Karang Selatan. Persengketaan dimulai pada tahun 1979 dan sebagian besar sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008. Pedra Branca diserahkan pada Singapura berdasarkan pertimbangan effectivity dan gugus terumbu karang batuan tengah (dalam kenyataan adalah pantai utara dari pulau Bintan dalam wilayah Republik Indonesia) diserahkan pada Malaysia.

Pulau Batu Puteh (bahasa Portugis: Pedra Branca) adalah pulau tunggul batu yang terletak di titik pertemuan Selat Singapura dengan Laut Cina Selatan. Mercu Suar Horsburgh di pulau ini dibangun pada tahun 1851 oleh pemerintah Inggeris atas izin Sultan Johor Darul Ta'zim pada ketika itu [1]. Pulau ini telah berada di bawah administrasi Singapura selama lebih dari satu abad hingga Malaysia menerbitkan peta yang menunjukkan Pedra Branca sebagai wilayahnya pada 21 Desember 1979. Singapura menyebutnya Pedra Branca ("batu putih" dalam bahasa Portugis), dan Malaysia sebagai Pulau Batu Putih (dalam Bahasa Melayu) atau ejaan lamanya Pulau Batu Puteh.


Kalau saya melihat peta secara sepintas, dan mencoba mengambil sudut pandang berdasarkan letak geografis, letak ketiga pulau itu sebenarnya lebih dekat ke wilayah Malaysia dibanding ke wilayah Singapura, jadi bisa dipahami kalau Malaysia ngotot meng klaim itu masuk sebagai wilayah mereka. Entah mengapa harus menunggu 1 abad berlalu, baru Malaysia akhirnya tersadar bahwa pulau itu (terlihat) lebih pantas masuk ke dalam wilayahnya, karena sebelum ada ribut-ribut, pulau Batu Puteh sudah terdaftar secara administratif oleh negara Singapura masuk dalam wilayah negara mereka.

Sedangkan menurut Singapura, karena wilayah itu sudah terdaftar sangat lama (150 tahun atau sekitar 1 abad) masuk ke dalam wilayahnya, maka ketika Malaysia meng klaim, tidak terima lah dia. Wilayah itu menjadi sangat berarti di mata negara Singapura, karena meskipun kecil, dianggap sangat strategis karena hanya berjarak sekitar 14 kilometer saja melalui sisi timur untuk menuju Selat Singapura melalui Laut China Selatan, dan dari sanalah selalu melintas kapal-kapal tanker dan cargo, bahkan kapal yang membawa minyak untuk diimpor juga melintas disitu. Sehingga wilayah itu dianggap menjadi salah satu lokasi pelayaran cukup sibuk, dan fenomena ini tentu bisa menjadi salah satu pemasukan bidang ekonomi .

Masih menurut Detiknews 24/05/2008, atas pertimbangan yang cukup logis, dimana Singapura secara administratif sudah terlebih dahulu melakukan pengelolaan berbagai infrastruktur di wilayah tersebut termasuk salah satunya mendirikan sekaligus mengelola Mercu Suar Horsburgh selama hampir 1 abad lamanya, maka pihak Mahkamah Internasional memutuskan wilayah Batu Puteh dimenangkan Singapura, namun agar terlihat win-win solution, maka pulau Karang Tengah diberikan kepada Malaysia, sehingga masih tersisa 1 pulau yang belum jelas siapa kepemilikannya (bisa dilihat sumbernya disini http://news.detik.com/read/2008/05/24/055354/944253/10/ ).


Nah...walaupun sudah ada keputusan seperti ini, namun tetap saja kisruh, terutama dari rakyat Malaysia, dimana mereka merasa Pedra Branca (Batu Puteh) itu bagian dari Kesultanan Johor kalau dilihat secara sejarah. Namun menurut saya pihak Mahkamah Internasional sudah cukup adil, kebayang ngga sih...negara Singapura udah capek-capek ngebangun segala rupa infrastruktur selama hampir 150 tahun sampe bikin mercusuar segala, eh...tiba-tiba pengen diambil semuanya sama orang tanpa tedeng aling-aling, kalaupun iya memang milik Malaysia, kenapa ga diambil sejak 150 tahun yang lalu aja gitu yaa, saat disana belum dibangun apa-apa.


Melihat kondisi ini, kemudian yang menjadi masalah adalah, bagaimana kasus ini harus disikapi oleh seluruh negara-negara ASEAN, mengingat sebentar lagi akan menjelang komunitas ASEAN 2015.


Sebelum saya bahas bagaimana sikap kita terhadap 2 negara itu, ijinkan saya menceritakan sedikit keusilan saya, tapi mungkin bisa jadi solusi jahil menyelesaikan konflik mereka. Mau tahu ? ahaha, saya bilang usil, karena ini ide emang usil banget....wkwk.


Begini...(ehem...batuk-batuk), setelah saya lihat sepintas di peta, ternyata lokasi konflik ketiga pulau itu justru lebih deket ke Indonesia. Seriusssss......ketiga pulau itu harusnya malah masuk wilayah Indonesia (Nah loh...nah...loh, hadeuuuh penghasut deh sayah :-P). Nah...saya punya ide, udah lah daripada mereka ribut-ribut mulu ngeributin wilayah sengketanya, mendingan kita (negara Indonesia) yang ambil aja 3 pulau itu, so mereka adil kan sama-sama ngga dapet, beres deh....hahahah.


Haduh....ini ide praktis versi emak-emak banget kalau lagi ngadepin anak-anak yang lagi pada berantem rebutan mainan, makannya saya kasih solusi usil begitu, daripada berisik dengerin pada rebutan mainan mulu, udah aja mainannya saya ambil...wkwkwk.  Mendadak ngebayangin negara Malaysia ama Singapura kayak anak-anak cowok saya yang suka pada berantem rebutan mainan ahahahah :-P.

Eh...tapi serius, kalau 2 negara itu masih ribut-ribut mulu, padahal sudah jelas keputusan dari Mahkamah Internasional dalam menghadapi masalah mereka, maka mereka harusnya jangan marah kalau saya anggap masih kayak anak-anak saya yang suka rebutan mainan, dan mereka juga jangan marah kalau ntar 3 pulau itu beneran bakal diambil Indonesia aja deh ahahah. Secara sikap kekanak-kanakkan dalam menghadapi masalah (yaitu ribut-ribut mulu) mungkin harus diselesaikan dengan solusi kekanak-kanakkan juga biar reda deh masalahnya....wkwk.


Nah....Singapura-Malaysia, mau ngga saya anggap seperti begitu? seperti anak-anak saya yang lagi berantem rebutan mainan....hihi. So...kalau ngga mau dianggap kayak anak-anak, Be Wise...Please !!, tunjukkin kalian dewasa dalam menyelesaikan masalah, karena jangan lupa, masalah kalian nanti bisa berpengaruh ke negara-negara ASEAN semuanya. Dan kalau kalian masih merasa dewasa dan mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, kami jamin (semua negara-negara ASEAN), ga akan ganggu dulu urusan kalian, karena kita akan percaya penuh kalian pasti bisa. 

So...bagaimana sikap kita terhadap dua negara itu, seperti perumpamaan di atas, yup...mau ngga mau sikap kita ya...menghargai aja "area sengketa" mereka sebagai urusan mereka berdua. Apatis? bukan....sikap ini kita ambil supaya ga makin rumit aja gitu masalah yang ada, soalnya kuatir jadi makin ga karuan kalau lebih banyak pihak yang ingin terlibat membantu masalahnya. Kalau pun misalnya kita harus bantu, bantulah sebagai mediator yang baik, ngerayu-rayu 2 negara supaya lebih bijak lagi mensikapi masalah. Mari kita optimis berdo'a deh kalau 2 negara itu akan sangat dewasa menyelesaikan masalah mereka berdua, karena mereka sadar ini akan menyangkut ke negara-negara ASEAN lainnya juga kalau mereka biarkan terus berlarut-larut.

So....Singapura-Malaysia, Be Wise....Please !! insya allah kita semua (negara-negara anggota ASEAN) yakin kalian pasti bisa kok :-).


Sekedar OOT.....eh tapi....eh...tapi, eung....saya jadi kepikiran, seriusss itu lokasi ketiga pulau itu justru masih lebih deket ke Indonesia loh, terus kita ga terganggu gitu kalau wilayah itu ga masuk wilayah kita? ahahah....penghasut deh saya, lupakan !! Cuma tampaknya solusi saya cukup brilian dengan mengambil alih ketiga pulau itu kalau 2 negara masih ribut-ribut mulu, setuju ngga?? ahahah....gini deh repotnya kalau emak-emak jadi diplomat, so solusi yang diambilnya juga versi emak-emak ngadepin anak-anaknya yang bandel....ahahah.











Comments

ade anita said…
Iya itu rebutan gara2 malaysia ngeluarin peta baru versi malaysia sendiri dimana menurut perhitungan malaysia pulau itu masuk wilayahnya jika dihitung dari garis zona ekonomi eksklusif. Nah gara2 zee ini indonesia sebenernya ada kasuss tuh. Jadi ada nelayan kita yg ditangkap krn dianggap memancing di luar batas indonesia. Terus ada juga sprtugas patroli yg ditahan krn dianggap masuk wilayah itu. Akhirnya petugas itu perkaranya masih terkatung katung dulu krn belon ketahuan siapa yg berhak menahan petugas n nelayan itu dan jika harus ditebus atau denda dibayarnya ke siapa. Jadi emang rumit sih kasus ini. Belon lagi pemenangan ini bikin pulau milik indonesia yaitu pulau bintan jadi makin sempit wilayah batas maksimal pantainya. Rumit deh.. belon nyampe pemahamanku ttg ini..heheheh
rena puspa said…
aduuh....mba ade malah udah tau detil begtu....aku mah gelap gulita mbaaaa. ini aku kepikiran ngambil 3 pulau itu buat indonesia krn lihat2 di peta kok jaraknya malah lbh deket ke indo...jd cuma ngarang doang...hihihih

Popular posts from this blog

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"

Kemandirian Financial Vs Kemandirian Psikologis, Lebih Baik yang Mana Dulu ?