Singapura - Malaysia, Hello...Be Wise Please !
Baca tema tantangan nge blog hari ke 7 ini huff.....makin luar biasa....ahaha, tapi....masih semangat untuk terus mencoba. Oke...temanya untuk hari ini adalah :
Sengketa Pedra Branca adalah persengketaan wilayah antara
Singapura dan Malaysia terhadap pulau yang terletak di pintu masuk
[Selat Singapura sebelah timur. Terdapat tiga pulau yang
dipersengketakan, yaitu Pedra Branca (disebut Pulau Batu Puteh oleh
Malaysia), Batuan Tengah dan Karang Selatan. Persengketaan dimulai pada
tahun 1979 dan sebagian besar sudah diselesaikan oleh Mahkamah
Internasional tahun 2008. Pedra Branca diserahkan pada Singapura
berdasarkan pertimbangan effectivity dan gugus terumbu karang batuan tengah (dalam kenyataan adalah pantai utara dari pulau Bintan dalam wilayah Republik Indonesia) diserahkan pada Malaysia.
Pulau Batu Puteh (bahasa Portugis: Pedra Branca) adalah pulau tunggul batu yang terletak di titik pertemuan Selat Singapura dengan Laut Cina Selatan. Mercu Suar Horsburgh di pulau ini dibangun pada tahun 1851 oleh pemerintah Inggeris atas izin Sultan Johor Darul Ta'zim pada ketika itu [1].
Pulau ini telah berada di bawah administrasi Singapura selama lebih
dari satu abad hingga Malaysia menerbitkan peta yang menunjukkan Pedra
Branca sebagai wilayahnya pada 21 Desember 1979. Singapura menyebutnya Pedra Branca ("batu putih" dalam bahasa Portugis), dan Malaysia sebagai Pulau Batu Putih (dalam Bahasa Melayu) atau ejaan lamanya Pulau Batu Puteh.
Kalau saya melihat peta secara sepintas, dan mencoba mengambil sudut pandang berdasarkan letak geografis, letak ketiga pulau itu sebenarnya lebih dekat ke wilayah Malaysia dibanding ke wilayah Singapura, jadi bisa dipahami kalau Malaysia ngotot meng klaim itu masuk sebagai wilayah mereka. Entah mengapa harus menunggu 1 abad berlalu, baru Malaysia akhirnya tersadar bahwa pulau itu (terlihat) lebih pantas masuk ke dalam wilayahnya, karena sebelum ada ribut-ribut, pulau Batu Puteh sudah terdaftar secara administratif oleh negara Singapura masuk dalam wilayah negara mereka.
Sedangkan menurut Singapura, karena wilayah itu sudah terdaftar sangat lama (150 tahun atau sekitar 1 abad) masuk ke dalam wilayahnya, maka ketika Malaysia meng klaim, tidak terima lah dia. Wilayah itu menjadi sangat berarti di mata negara Singapura, karena meskipun kecil, dianggap sangat strategis karena hanya berjarak sekitar 14
kilometer saja melalui sisi timur untuk menuju Selat Singapura melalui Laut
China Selatan, dan dari sanalah selalu melintas kapal-kapal tanker dan cargo, bahkan kapal yang membawa minyak untuk diimpor juga melintas disitu. Sehingga wilayah itu dianggap menjadi salah satu lokasi pelayaran cukup sibuk, dan fenomena ini tentu bisa menjadi salah satu pemasukan bidang ekonomi .
Masih menurut Detiknews 24/05/2008, atas pertimbangan yang cukup logis, dimana Singapura secara administratif sudah terlebih dahulu melakukan pengelolaan berbagai infrastruktur di wilayah tersebut termasuk salah satunya mendirikan sekaligus mengelola Mercu Suar Horsburgh selama hampir 1 abad lamanya, maka pihak Mahkamah Internasional memutuskan wilayah Batu Puteh dimenangkan Singapura, namun agar terlihat win-win solution, maka pulau Karang Tengah diberikan kepada Malaysia, sehingga masih tersisa 1 pulau yang belum jelas siapa kepemilikannya (bisa dilihat sumbernya disini http://news.detik.com/read/2008/05/24/055354/944253/10/ ).
Nah...walaupun sudah ada keputusan seperti ini, namun tetap saja kisruh, terutama dari rakyat Malaysia, dimana mereka merasa Pedra Branca (Batu Puteh) itu bagian dari Kesultanan Johor kalau dilihat secara sejarah. Namun menurut saya pihak Mahkamah Internasional sudah cukup adil, kebayang ngga sih...negara Singapura udah capek-capek ngebangun segala rupa infrastruktur selama hampir 150 tahun sampe bikin mercusuar segala, eh...tiba-tiba pengen diambil semuanya sama orang tanpa tedeng aling-aling, kalaupun iya memang milik Malaysia, kenapa ga diambil sejak 150 tahun yang lalu aja gitu yaa, saat disana belum dibangun apa-apa.
Melihat kondisi ini, kemudian yang menjadi masalah adalah, bagaimana kasus ini harus disikapi oleh seluruh negara-negara ASEAN, mengingat sebentar lagi akan menjelang komunitas ASEAN 2015.
Sebelum saya bahas bagaimana sikap kita terhadap 2 negara itu, ijinkan saya menceritakan sedikit keusilan saya, tapi mungkin bisa jadi solusi jahil menyelesaikan konflik mereka. Mau tahu ? ahaha, saya bilang usil, karena ini ide emang usil banget....wkwk.
Begini...(ehem...batuk-batuk), setelah saya lihat sepintas di peta, ternyata lokasi konflik ketiga pulau itu justru lebih deket ke Indonesia. Seriusssss......ketiga pulau itu harusnya malah masuk wilayah Indonesia (Nah loh...nah...loh, hadeuuuh penghasut deh sayah :-P). Nah...saya punya ide, udah lah daripada mereka ribut-ribut mulu ngeributin wilayah sengketanya, mendingan kita (negara Indonesia) yang ambil aja 3 pulau itu, so mereka adil kan sama-sama ngga dapet, beres deh....hahahah.
Haduh....ini ide praktis versi emak-emak banget kalau lagi ngadepin anak-anak yang lagi pada berantem rebutan mainan, makannya saya kasih solusi usil begitu, daripada berisik dengerin pada rebutan mainan mulu, udah aja mainannya saya ambil...wkwkwk. Mendadak ngebayangin negara Malaysia ama Singapura kayak anak-anak cowok saya yang suka pada berantem rebutan mainan ahahahah :-P.
Eh...tapi serius, kalau 2 negara itu masih ribut-ribut mulu, padahal sudah jelas keputusan dari Mahkamah Internasional dalam menghadapi masalah mereka, maka mereka harusnya jangan marah kalau saya anggap masih kayak anak-anak saya yang suka rebutan mainan, dan mereka juga jangan marah kalau ntar 3 pulau itu beneran bakal diambil Indonesia aja deh ahahah. Secara sikap kekanak-kanakkan dalam menghadapi masalah (yaitu ribut-ribut mulu) mungkin harus diselesaikan dengan solusi kekanak-kanakkan juga biar reda deh masalahnya....wkwk.
Nah....Singapura-Malaysia, mau ngga saya anggap seperti begitu? seperti anak-anak saya yang lagi berantem rebutan mainan....hihi. So...kalau ngga mau dianggap kayak anak-anak, Be Wise...Please !!, tunjukkin kalian dewasa dalam menyelesaikan masalah, karena jangan lupa, masalah kalian nanti bisa berpengaruh ke negara-negara ASEAN semuanya. Dan kalau kalian masih merasa dewasa dan mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, kami jamin (semua negara-negara ASEAN), ga akan ganggu dulu urusan kalian, karena kita akan percaya penuh kalian pasti bisa.
So...bagaimana sikap kita terhadap dua negara itu, seperti perumpamaan di atas, yup...mau ngga mau sikap kita ya...menghargai aja "area sengketa" mereka sebagai urusan mereka berdua. Apatis? bukan....sikap ini kita ambil supaya ga makin rumit aja gitu masalah yang ada, soalnya kuatir jadi makin ga karuan kalau lebih banyak pihak yang ingin terlibat membantu masalahnya. Kalau pun misalnya kita harus bantu, bantulah sebagai mediator yang baik, ngerayu-rayu 2 negara supaya lebih bijak lagi mensikapi masalah. Mari kita optimis berdo'a deh kalau 2 negara itu akan sangat dewasa menyelesaikan masalah mereka berdua, karena mereka sadar ini akan menyangkut ke negara-negara ASEAN lainnya juga kalau mereka biarkan terus berlarut-larut.
So....Singapura-Malaysia, Be Wise....Please !! insya allah kita semua (negara-negara anggota ASEAN) yakin kalian pasti bisa kok :-).
Sekedar OOT.....eh tapi....eh...tapi, eung....saya jadi kepikiran, seriusss itu lokasi ketiga pulau itu justru masih lebih deket ke Indonesia loh, terus kita ga terganggu gitu kalau wilayah itu ga masuk wilayah kita? ahahah....penghasut deh saya, lupakan !! Cuma tampaknya solusi saya cukup brilian dengan mengambil alih ketiga pulau itu kalau 2 negara masih ribut-ribut mulu, setuju ngga?? ahahah....gini deh repotnya kalau emak-emak jadi diplomat, so solusi yang diambilnya juga versi emak-emak ngadepin anak-anaknya yang bandel....ahahah.
Masih menurut Detiknews 24/05/2008, atas pertimbangan yang cukup logis, dimana Singapura secara administratif sudah terlebih dahulu melakukan pengelolaan berbagai infrastruktur di wilayah tersebut termasuk salah satunya mendirikan sekaligus mengelola Mercu Suar Horsburgh selama hampir 1 abad lamanya, maka pihak Mahkamah Internasional memutuskan wilayah Batu Puteh dimenangkan Singapura, namun agar terlihat win-win solution, maka pulau Karang Tengah diberikan kepada Malaysia, sehingga masih tersisa 1 pulau yang belum jelas siapa kepemilikannya (bisa dilihat sumbernya disini http://news.detik.com/read/2008/05/24/055354/944253/10/ ).
Nah...walaupun sudah ada keputusan seperti ini, namun tetap saja kisruh, terutama dari rakyat Malaysia, dimana mereka merasa Pedra Branca (Batu Puteh) itu bagian dari Kesultanan Johor kalau dilihat secara sejarah. Namun menurut saya pihak Mahkamah Internasional sudah cukup adil, kebayang ngga sih...negara Singapura udah capek-capek ngebangun segala rupa infrastruktur selama hampir 150 tahun sampe bikin mercusuar segala, eh...tiba-tiba pengen diambil semuanya sama orang tanpa tedeng aling-aling, kalaupun iya memang milik Malaysia, kenapa ga diambil sejak 150 tahun yang lalu aja gitu yaa, saat disana belum dibangun apa-apa.
Melihat kondisi ini, kemudian yang menjadi masalah adalah, bagaimana kasus ini harus disikapi oleh seluruh negara-negara ASEAN, mengingat sebentar lagi akan menjelang komunitas ASEAN 2015.
Sebelum saya bahas bagaimana sikap kita terhadap 2 negara itu, ijinkan saya menceritakan sedikit keusilan saya, tapi mungkin bisa jadi solusi jahil menyelesaikan konflik mereka. Mau tahu ? ahaha, saya bilang usil, karena ini ide emang usil banget....wkwk.
Begini...(ehem...batuk-batuk), setelah saya lihat sepintas di peta, ternyata lokasi konflik ketiga pulau itu justru lebih deket ke Indonesia. Seriusssss......ketiga pulau itu harusnya malah masuk wilayah Indonesia (Nah loh...nah...loh, hadeuuuh penghasut deh sayah :-P). Nah...saya punya ide, udah lah daripada mereka ribut-ribut mulu ngeributin wilayah sengketanya, mendingan kita (negara Indonesia) yang ambil aja 3 pulau itu, so mereka adil kan sama-sama ngga dapet, beres deh....hahahah.
Haduh....ini ide praktis versi emak-emak banget kalau lagi ngadepin anak-anak yang lagi pada berantem rebutan mainan, makannya saya kasih solusi usil begitu, daripada berisik dengerin pada rebutan mainan mulu, udah aja mainannya saya ambil...wkwkwk. Mendadak ngebayangin negara Malaysia ama Singapura kayak anak-anak cowok saya yang suka pada berantem rebutan mainan ahahahah :-P.
Eh...tapi serius, kalau 2 negara itu masih ribut-ribut mulu, padahal sudah jelas keputusan dari Mahkamah Internasional dalam menghadapi masalah mereka, maka mereka harusnya jangan marah kalau saya anggap masih kayak anak-anak saya yang suka rebutan mainan, dan mereka juga jangan marah kalau ntar 3 pulau itu beneran bakal diambil Indonesia aja deh ahahah. Secara sikap kekanak-kanakkan dalam menghadapi masalah (yaitu ribut-ribut mulu) mungkin harus diselesaikan dengan solusi kekanak-kanakkan juga biar reda deh masalahnya....wkwk.
Nah....Singapura-Malaysia, mau ngga saya anggap seperti begitu? seperti anak-anak saya yang lagi berantem rebutan mainan....hihi. So...kalau ngga mau dianggap kayak anak-anak, Be Wise...Please !!, tunjukkin kalian dewasa dalam menyelesaikan masalah, karena jangan lupa, masalah kalian nanti bisa berpengaruh ke negara-negara ASEAN semuanya. Dan kalau kalian masih merasa dewasa dan mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, kami jamin (semua negara-negara ASEAN), ga akan ganggu dulu urusan kalian, karena kita akan percaya penuh kalian pasti bisa.
So...bagaimana sikap kita terhadap dua negara itu, seperti perumpamaan di atas, yup...mau ngga mau sikap kita ya...menghargai aja "area sengketa" mereka sebagai urusan mereka berdua. Apatis? bukan....sikap ini kita ambil supaya ga makin rumit aja gitu masalah yang ada, soalnya kuatir jadi makin ga karuan kalau lebih banyak pihak yang ingin terlibat membantu masalahnya. Kalau pun misalnya kita harus bantu, bantulah sebagai mediator yang baik, ngerayu-rayu 2 negara supaya lebih bijak lagi mensikapi masalah. Mari kita optimis berdo'a deh kalau 2 negara itu akan sangat dewasa menyelesaikan masalah mereka berdua, karena mereka sadar ini akan menyangkut ke negara-negara ASEAN lainnya juga kalau mereka biarkan terus berlarut-larut.
So....Singapura-Malaysia, Be Wise....Please !! insya allah kita semua (negara-negara anggota ASEAN) yakin kalian pasti bisa kok :-).
Sekedar OOT.....eh tapi....eh...tapi, eung....saya jadi kepikiran, seriusss itu lokasi ketiga pulau itu justru masih lebih deket ke Indonesia loh, terus kita ga terganggu gitu kalau wilayah itu ga masuk wilayah kita? ahahah....penghasut deh saya, lupakan !! Cuma tampaknya solusi saya cukup brilian dengan mengambil alih ketiga pulau itu kalau 2 negara masih ribut-ribut mulu, setuju ngga?? ahahah....gini deh repotnya kalau emak-emak jadi diplomat, so solusi yang diambilnya juga versi emak-emak ngadepin anak-anaknya yang bandel....ahahah.
Comments