Tidak Ada Istilah Pahlawan Rumah Tangga


Judul: Rainbow
Penulis: Eni Martini
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: Juli, 2013
Halaman: 201 halaman
Harga: 37.800
ISBN: 978-602-02-1609-6







Akan selalu ada kesempatan kedua, begitulah petikan kalimat yang saya ambil dari cover novel "Rainbow", dan kalimat itu tepat diletakkan persis dibawah tulisan judulnya.


Membaca sinopsis singkat ditambah dengan membaca kutipan kalimat di atas, saya sebagai pembaca seolah tidak bisa menahan diri untuk langsung "sok tahu" menebak ending cerita yang akan dibawa penulisnya seperti apa. Namun pada akhirnya saya lebih membiarkan rasa penasaran saya tetap ada, sehingga mampu membuat saya begitu menikmati membaca semua detil novelnya dari awal sampai akhir. Karena yang menarik dari novel ini memang detilnya. Dari mulai penggambaran setting sampai penokohan masing-masing karakter nya benar-benar hidup. Ditambah pemilihan diksi yang cerdas, membuat tanpa sadar, saya hanya membutuhkan waktu sehari saja untuk menyeleseikan membaca novelnya.


Novel ini berkisah tentang pasangan muda bernama Keisha dan Akna, yang baru menikah selama setahun lamanya. Dimana Keisha digambarkan sebagai seorang wanita yang halus, sensitif, lugu, berpasangan dengan seorang Akna yang digambarkan sebagai laki-laki sempurna dengan kriteria yang layak disebut idola para wanita, ya...ganteng, pintar, rajin sholat, jago olahraga, plus memiliki karier yang gemilang di kantor . Selama mereka menikah, Akna memang hadir seolah menjadi sayap yang kokoh bagi Keisha, sehingga mampu membuat Keisha yang rapuh seolah dapat "terbang" lebih tinggi dalam menapaki hidup yang keras ini dengan penjagaan Akna.


Namun kondisi berubah total, saat usia pernikahan mereka tepat memasuki tahun yang pertama, karena kecelakaan yang dialami Akna membuat dia harus rela kehilangan sebelah kakinya. Dan yang terjadi selanjutnya bukan hanya perihal pemulihan fisik Akna sehabis kecelakaan, tapi banyak hal yang terjadi dimana semua tidak lagi sama, karena nyatanya Akna tidak hanya kehilangan sebelah kaki nya, tapi dia kehilangan hampir separoh jiwanya karena dia down dengan keadaan fisiknya yang mendadak cacat. Sedangkan Keisha yang rapuh mendadak kehilangan saya-sayap penopang hidupnya selama ini, yaitu Akna, dimana disaat yang bersamaan, dia justru harus menjadi sayap yang kokoh bagi Akna yang nyata-nyata hampir mendekati sesosok mayat hidup, karena dia terus berkubang dalam kesedihan akibat cacat yang menimpa pada dirinya.


Saya acungi jempol buat mba Eni sebagai penulis, karena betul-betul sukses membangun karakter masing-masing tokohnya benar-benar hidup. Sampai saya dibuat gemas melihat Akna yang sibuk mengasihani dirinya, sehingga seolah dia bisa dengan bebas membuat pembenaran atas tingkah laku dzalimnya terhadap orang-orang di sekitar dia yang sedang berusaha perhatian padanya.  Sedangkan Keisha yang rapuh, pelan tapi pasti berubah menjadi seorang wanita yang tangguh demi keutuhan rumah tangganya. Keisha yang lugu dan tulus, terpaksa berubah jadi sosok yang tegar saking sayangnya terhadap Akna, dan tidak terbersit dalam pikirannya bahwa dirinyalah seorang pahlawan rumah tangga,  akibat dia harus menopang Akna secara fisik, bahkan menopang secara ekonomi. Adapun Keisha yang sering digambarkan gampang menangis dalam menghadapi Akna yang mendadak berubah menjadi monster hidup, saya tidak melihatnya sebagai sikap lemah, karena untuk ukuran seorang Keisha yang dulunya rapuh, ini merupakan lompatan yang sangat luar biasa, dimana justru tumpahan airmatanya itu menjadi kekuatan terbesarnya sehingga dari situlah dia belajar apa itu arti pasrah dan ikhlas. Walau Akna lebih sedikit menangis dibanding Keisha yang gampang menangis, tapi saya justru melihat sosok Akna jauuuuh lebih cengeng menghadapi hidup dibanding Keisha saat itu.

Dan sesuai dengan tebakan saya di awal, ending cerita dari novel ini memang membahagiakan, ibarat sebuah pelangi cantik yang menghiasi cakrawala sesudah badai hujan yang dahsyat berhari-hari. 

Hikmah besar yang berhasil saya tangkap dari novel ini adalah, ketika datang ujian dalam pernikahan yang menimpa salah satu pasangan, idealnya memang dianggap sebagai masalah bersama, tanpa harus mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, salah satu pasangan yang sedang diposisikan sanggup menyelamatkan, haruslah tampil sebagai penyelamat tanpa harus merasa menjadi pahlawan, karena ketika kebahagiaan terwujud pun, si penyelamat tetap akan merasakan kebahagiaannya kan? jadi rasanya aneh kalau sampai harus merasa sudah menjadi pahlawan. Tidak ada istilah pahlawan rumah tangga, karena semua beban adalah beban bersama, dan semua bahagia adalah bahagia bersama.


Secara keseluruhan, tidak terlalu banyak kritik saya untuk novel ini, hanya saya sedikit terganggu dengan dialog sunda ibunya Keisha, selain pemilihan kata bahasa sunda nya banyak yang "goyang" karena dicampur dengan bahasa Indonesia, juga akibat pemilihan kata dalam bahasa sunda yang kurang pas membuat karakter ibunya Keisha jadi malah terlihat aneh. Paling kentara ketika momen dimana Akna keluar dari Rumah Sakit, dan Keisha yang masih syok, lalu dihibur oleh ibunya, nah gara-gara memakai pilihan kata dalam bahasa sunda yang ga pas, saya malah jadi melihat sosok ibunya Keisha tuh seolah sedang meremehkan masalah besar anaknya.  Sedangkan untuk masalah teknik penulisan, untuk seorang Eni Martini yang sudah menerbitkan puluhan buku, saya rasa tidak perlu banyak saya kritisi, kalau masih ada thypo sedikit-sedikit sih jamak lah.

Well, good luck mba Eni untuk novel Rainbow nya, dan untuk pembaca, dijamin ngga rugi deh kalau memasukkan novel ini ke dalam list buku yang akan anda baca.




Comments

Eni Martini said…
hehehhe..itu bahasa Sundanya tanya sama orang Sunda, aslinya sayah ga ngerti*tepok jidat
btw makasih sdh ikut berpartisipasi dari jarak jauh mba ^_^
rena puspa said…
qiqi...karena aku org sunda, jd kagok aja gitu bacanya...tp keseluruhan cerita mah keren abis deeh...makasih jg yaa buat novelnya, aku ikutan berpartisipasi krn saking kesengsem ama crtanya... ^_^

Popular posts from this blog

Review Milad Pernikahan ke-2 (Part 1)

Adlerian Therapy (Alfred Adler 1870 - 1937)

Review "Out of The Truck Box"